Sudah lama sejak Rei pusing sebegininya. Soalan yang sudah menggelayuti pikirannya berhari-hari, ups berbulan bahkan. Rei mencoba tanya sana sini, alih-alih dapat jawaban atau kepastian, yang ada perasaanya malah jadi tercecer kemana-mana.
Tentang dua lelaki ini, Rei selalu tak menentu.
Entah kenapa, seperti sebuah siklus, Rei hampir tau pasti bagaimana hatinya bisa jatuh pada seseorang. Mulai dari gombalan kawan SD sampai candaan konyol rekan SMA. Seperti sebuah siklus, pada Rei, hatinya tidak pernah jatuh kemana-mana. Ia biasa menerima ucapan, tawaran, ajakan. Rei terbiasa dipinta. Ketika ada yang mengatakan suka, cinta, atau konsep afeksi lainnya, setelah itulah hati Rei tergerak untuk membalasnya. Seperti siklus tetap yang tak pernah diubah berubah: hati Rei (hanya) akan jatuh pada ia yang memintanya.
Tentang dua lelaki ini, Rei selalu tak menentu.
Perjalanannya baru separuh saat ia, lelaki pertamanya, datang dan menyatakan perasaan. Rei yang saat itu baru belajar mengeja makna cinta sebenarnya, berusaha berpaling. Menolak. Menjauh hingga 127 km jauhnya. Tapi begitulah siklus, Rei sudah terbiasa, hatinya jatuh pada ia yang meminta. 127 km nyatanya terlalu pendek. Rei menyimpan getasnya dalam-dalam. Pada lelaki pertama itu, hatinya jatuh.
Tentang dua lelaki ini, Rei selalu tak menentu.
Sudah menahun Rei menyimpan ceritanya. Keinginannya mengeja cinta dengan benar membuatnya menjauhi segala bentuk hubungan lelaki-perempuan. Ah Rei, ia tidak tahu itu hanyalah defense dari apa yang tumbuh dalam hatinya. Rei tidak sadar, ia sendiri yang memupuk-siramnya setiap hari. setiap hari. Hingga tumbuh tak terkendali.
Tentang dua lelaki ini, Rei selalu tak menentu.
Ada satu getar aneh yang Rei rasakan di tahun keduanya. Ia, lelaki kedua ini datang entah dari galaksi mana. Percakapan yang tadinya berkisar di basa-basi, perlahan meningkat, melebar kemana-mana. Ada tawa, canda, bertukar gelitik, lalu lari. Rei yang polos, lelaki yang kelewat genuine. Tidak ada yang menyadari bahwa ada perasaan yang menetes satu persatu. Buat Rei, entah buat lelaki itu.
Tentang dua lelaki ini, Rei selalu tak menentu.
Rei tidak tahu apa itu rasanya jatuh cinta. Siklus sudah sekian lama mendarah daging di logika-emosinya. Antara Rei dan lelaki kedua itu, ada yang beda. Rei tidak berani mendefinisikannya sebagai jatuh cinta. Tidak pernah ada pernyataan. Tidak pernah ada tawaran. Lelaki kedua itu tidak pernah memintanya. Rei menelan ludah berkali-kali. Tidak, Rei tidak pernah memberikan hati pada ia yang tidak memintanya.
Tentang dua lelaki ini, Rei selalu tak menentu.
Perasaan tak terdefinisi itu ternyata begitu kuat. Membuat Rei bertanya-mencari sana-sini, meraba, dan menjamah. Sesekali menyelipkannya dalam kalimat tanya saat berbincang. Mencoba menerka tatapan mata, pilihan kata, sampai ucapan sapa. Rei tidak pernah berani menamai perasaannya, walau sadar ada getir yang selalu muncul tiap nama lelaki kedua ini, terlintas di indranya. Menahun Rei berusaha, semua terasa sia. Tak pernah ada ajakan, pernyataan, tawaran. tak pernah ada pinta. Ah, kasihan Rei, tanyanya tidak pernah menemu jawab.
Selama 20 tahun, sudah beberapa kali Rei bersitatap dengan situasi hati seperti ini. Selama ini waktu, seperti ujar para pujangga, selalu bisa mengaburkannya. Hanya saja kali ini tidak. Lebih rumit.
Rei menggigit bibir, merapatkan jaket ke tubuhnya.
Langit dan Tangguh, tentang dua lelaki ini. Rei selalu tak menentu...
Roar
1 bulan yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar
Selamat datang di Keluarga Hanif!
terimakasih yaa sudah berkunjung.. :)