Sempurna.

berbicara selalu lebih mudah daripada berbuat, begitu orang bijak berkata. jauh dari berkata, ada berpikir. Ya, berpikir kian mendahului semua kekata. Implikasinya, jika berbicara saja selalu lebih mudah dari berbuat, maka berpikir tentu lebih mudah lagi, bukan?

agaknya itu benar.

Jauh sebelum saya menikah, saat itu rok saya masih abu-abu pula :p, saya berpikir betapa idealnya pernikahan yang akan saya capai nantinya.Saya asyik membayangkan sebuah rumah tangga nan ceria, yang tiada kesedihan di dalamnya sama sekali.

Suami saya yang teratur shalat di masjid, membangunkan malam-malam saya untuk menegakkan lail, memberi nasihat-nasihat bijak, tergelak-gelak dengan anak-anak kami yang bergantian menggelayuti pinggangnya. Ah, sempurna.

Seiring, saya pun membayangkan bahwa saya akan jadi istri yang begitu shalihah. Pagi-pagi sekali sudah bangun menyibukkan diri dengan pekerjaan rumah tangga. kemudian dilanjut dengan memasak sarapan untuk semua, bersempat diri berdandan setelahnya agar kian mewangi tatkala suami membuka matanya. Saya juga membayangkan wajah yang selalu penuh kasih dan keramahan menyambut suami pulang. juga tawa renyah dan rengkuhan hangat yang selalu terentang bagi anak-anak. Ah, sempurna.

Imaji saya juga mengonstruksi gambaran hari-hari kami yang akan disibukkan dengan berbagai kegiatan manfaat bersama. berjalan gandeng dengan bocah-bocah yang tawanya riang selalu. Lalu sesekali menyepi berdua, mengenang saat-saat romantisme sebelum anak-anak ada. Ah, sempurnanya..

Setelah menikah, hal-hal tersebut, alhamdulillaah, tetap saya temui. tetapi jujur, lebih banyak yang tidak.

Kesibukan saya dengan tugas-tugas di kampus, misalnya, tak jarang membuat saya pulang dengan energi sisa. Membuat tumpukan cucian dan setrikaan makin menjulang. juga kamar-kamar yang seharusnya disapa sapu.
Pun suami saya, kegiatannya berbisnis membuatnya hampir selalu pulang larut. Lail pun terlewat sudah. Bahkan kadang kami tak sempat berbincang sebelum tidur karena sudah sama-sama kelelahan.

Setelah 'Aqilla hadir, saya merasa jauh lebih buruk lagi sebagai seorang istri.
Tumpuk pekerjaan rumah tangga makin tak tersentuh. Hamdallah, Dzaky bukan tipe lelaki yang pilah-pilih tugas. Pernah saya memergokinya kasak-kusuk di dapur tengah malam. Ternyata, beliau sedang mencuci baju-baju kami.
Bukan cuma masalah pekerjaan rumah, saya pun merasa jadi jarang dandan. Paling tidak berpenampilan rapi. Letih bolak-balik ganti baju karena terkena "buangan"nya 'Aqilla membuat saya malas berapi-rapi di rumah. Kalo dipikir-pikir, kasian sekali Dzaky harus bertahan melihat istrinya yang kuyu saat dia pulang dalam kelelahan selama 3 bulan kemarin, ya. he he he.

Itu baru fisik. Emosi saya juga ikut naik turun sejak awal pernikahan ini.

Sebelum menikah dan banyak mengenal Dzaky, saya berkespektasi bahwa beliau adalah orang yang romantis. Kenapa? karena dulu Dzaky tergabung dalam tim nasyid. hehe, sebenernya ga nyambung sih, cuma kan saya mikirnya kalo nasyid itu kan seni, dan seni berbubungan dengan sensitivitas perasaan. Jadi, insyaalloh yang seneng seni, sensitif pula perasaannya. :p
Nyatanya? tidak. Dzaky tipikal orang yang serius. Saking seriusnya, pernah dia pulang dari Malaysia bawaian saya sekotak cokelat. kotaknya bebentuk hati dengan tulisan: "for the world, you might be someone. But for someone, you might be the world". Belum lagi geer dan senang saya hilang, Dzaky tiba-tiba berucap: "Eh, emang itu kata-kata artinya apa ya? aku main ambil aja yang sesuai budget".
buahahahaha.. lenyap deh geer saya.

Menikah juga bukan tanpa masalah. Dulu memang saya berpikir bahwa pernikahan saya akan mulus bak jalan bebas hambatan. Saya ingin menikah dengan ikhwan, dengan orang yang insyaallah meletakkan ketakukan pada Allah di posisi pertama dalam hatinya. Dengan begitu, dia akan sangat hati-hati sekali dalam berlaku pada istrinya.

Yeah, itu membuat saya lupa bahwa saya menikah dengan manusia.
Dzaky dan Tami pernah berantem? Iya dong. sering malah! hehe
Kok ga pernah kelihatan? di status fb ato blog juga nampaknya seneng-seneng aja? Kan ada aurat-aurat keluarga yang tak boleh dipublish ke publik, kawan.. :)

Pernikahan ini, jujur, benar-benar membuat saya belajar, a lot. sungguh banyak.
Saya bukan tipikal yang bisa menahan-nahan emosi. Saya ini meledak-ledak. Dan buruknya, kalo lagi keselnya kumat, rentetan kebaikan Dzaky tuh kayak kehapus. tinggal yang jelek-jeleknya aja. (Eh, apa ini juga dirasa sama semua perempuan ya? hehe).

Kenapa sih gak kayak gitu? gak kayak gini? huah, pertanyaan retoris batin itu udah sering banget kelintasan di otak dan hati. tanpa sadar, ekspektasi-ekspektasi itu membunuh diri saya sendiri. Alhamdulillaah, Allah masih berkenan menjaga kami saya. Ga lama setelah pikiran saya yang menuntut itu muncul, tiba-tiba ada aja hal-hal yang dilakukan Dzaky yang bikin hati saya trenyuh, lalu berucap "Masyaallah.. I'm marrying the right person.."

Dzaky memang ga banyak bicara. Ga suka debat. itu yang kadang bikin saya kesel.
Saya yang sangat senang bicara, selalu merasa perlu diberi tanggapan. sanggahan. atau bahkan, bantahan.

Lucu.
Saya tiba-tiba teringat pertanyaan awal yang saja ajukan padanya di awal-awal kami menikah dulu,
"Ay, kenapa milih untuk nikah sama aku? Kenapa ga sama A, B, C?" (nama akhwat disamarkan demi kelanggengan rumah tangga. hihi :p)
Dzaky cuma tersenyum. ga menjawab.
Berulang kali saya tanyakan hal yang sama, tetap ga dijawab.

Baru-baru kemarin agaknya beliau keceplosan mengenai hal itu.
Saat seorang sahabat bertandang ke rumah, konsultasi mengenai pemilihan istri.
Dzaky ketika itu berucap, "Yang penting fokus pada kriteria, bro.. satu kriteria aja!"
sahabat kami, yang masih jua bingung itu, lantas bertanya balik, "Nah, kalo ente Dzak, pas mau nikah, kriterianya apa?"
Dzaky terdiam, lalu menoleh pada saya sesaat, "Kalo ane sih jelas.. waktu itu.. kriterianya.. nyari ibu yang penyayang buat anak-anak.."
Doh, rasanya pengen nangis terharu aja deh kala itu. :')


Jujur, pernikahan bukan sebuah cerita fairytale yang nikmat saat dibaca. Ia sulit dilaku. bayangkan saja, kita yang biasanya bersendiri, bebas, dan hanya berkonflik dengan peran-leran pribadi, kini harus berhadapan dengan makhluk baru dengan sejuta pembawaan karakter serta latar belakang yang tidak kita ketahui sama sekali.

pernikahan juga bukan sebuah lukisan tanpa cela yang selalu membawakan warna-warna teduh dalam hidup. terkadang ada ceria yang tidak lama dirimbuni tangis menyesak. Ada tawa yang diikuti tekuk cemberut wajah. Ada kalimat-kalimat kasih, yang pada beberapa kali, justru mengiris-iris hati. Ada cinta membuncah-buncah yang mengalir terkespresi, tetapi jangan kaget ketika juga menemukan marah mendidih-didih yang berusaha rapat disimpan hati. Ada pemakluman. Ada kerling jernih. Ada keluh. Ada berbagi. Ada empati. tetapi tentu yang terpenting: Ada Illahi..

Cinta bukanlah mencari pasangan yang sempurna,
tapi menerima pasangan kita dengan sempurna..
(Sakinah Bersamamu, Asma Nadia)


Teruntuk Ahmad Dzaky Hanif yang meminangku dengan namaNya demi keSEMPURNAAN diin kita. yang telah seSEMPURNA itu menentu kriteria dalam memilihku. yang mengajarkan betapa tidakSEMPURNAnya kita berdua. yang kian hari kian SEMPURNA dalam mendewasakan. do'akan Bunda, ya Bhiw, semoga Bunda selalu dituntun olehNya untuk dapat menerimamu dan anak-anak kita dengan SEMPURNA.

tulisan ini juga untuk kalian, sahabat tercinta yang baru saja menikah (Ka ci & Bang Kho, Diska&K'Tesar), yang akan merayakan setahun pernikahan (Hey, Ney! ^_^), yang sedang menanti hadirnya kaki kecil dalam pernikahan (Ibu Champ!, Adik Husnul), dan yang sedang berkasak-kusuk menyiapkan pernikahan (ga perlu disebut lah ya, kalo yang ini.. tunggu undangannya aja. hehehe). dan untuk sesiapa saja yang oleh Allah, digerakkan membaca tulisan ini. Teruslah merayakan cinta dalam penerimaan yang sempurna. Aku cinta kalian karena Allah.. :)

All I need is hug!

maaf kalo postingan sebelumnya rada curcol :p

Jadi gini, sebenernya saya lagi hectic berat gara-gara satu semester ini dilanda badai tugas berkepanjangan. plus beberapa masalah lain yang patah tumbuh hilang berganti (doh, ini bahasa apaan seh!).

Dan 2 pekan ini bakalan jadi puncaknya. Tugas pengganti uas yang tinggal 2 ekor lagi kudu saya kejar sebelum senin. juga kompre pelatihan 2 yang menunggu buat dinikmati. don't mention, jatah absen saya yang kudu cepet diurus kalo g mau nilai kuliah saya dicekal semester ini. Ahay, form penliaian magang juga belum usai.

overall, saya sedang sangat butuh liburan. serius deh. kepingiiiiin banget pergi ke manaaa gitu yang ga ada orang. tapi perginya bertiga sama Abhiwa n 'Aqilla. kepingin banget stay out from these things for just a few days. kayaknya bakal membantu sangat tuh.

Faktanya, saya belum bisa berasyik liburan ria mengingat tugas-tugas kuliah saya yang ngejibrek (ni bahasa apa lagek pula) itu. trus saya jadi bete sendiri deh. trus curhat di blog. ha ha.

Oke deh, balik ke topik yang mau saya bicarain di postingan kali ini.

Syahdan, di tengah kekalutan saya tentang tugas-tugas mencekik, Allah menaikkan lagi sedikit level ujianNya buat saya. yeah, Abhiwa jatuh sakit. suspect tipus n dbd, begitu dokternya bilang. Beriringan dengan itu, tante yang biasa tinggal bareng kami mendadak harus pergi (woman business, you know). Konsekuensinya adalah, saya jadi harus menghandle seisi rumah beserta penghuninya yang lagi terkapar ga berdaya. Ujiannya juga ditambah dengan 'Aqilla lagi pundung, rewel, jadi 3 malem berturut-turut jejeritan dan cuma mau tenang kalo dipeluk.

Jadilah saya berjibaku dengan semuanya. Hey, to tell you the truth, I'm not a superwoman. Jadi ceritanya tenaga saya udah mencapai tapal batas gitu. Dan bingung mesti gimana.. soalnya sebelum nikah dulu, kalo saya lagi ngalamin sesuatu yang out of my tolerance, biasanya saya ngabur keluar malem-malem. makan es campur atau sekedar liat bintang. Berhubung udah nikah, apalagi suami lagi sakit, ada bayi pulak, ga mungkin lah saya ngelakuin itu. Sempet kepikiran sih, tapi langsung keinget kisah istri Nabi Ayyub yang ngabur pas suaminya lagi sakit. Wehehe, takut durhaka saya. :p

Jadilah seharian kemarin itu saya curhat terus-terusan sama Allah di sujud dan do'a saya. Allah, aku cuma minta pelukan.. begitu kira-kira lafaz do'a saya.

Allah memang Maha Rahiim. Sayangnya luar biasa. saya cuma berdo'a, padahal ikhtiyar saya buat jaga keluarga ini belum maksimal, tiba-tiba aja semalam tadi rumah kami kedatangan 3 tamu spesial, yang tentunya, Allah sendiri yang mendorong hati mereka untuk kemari.

Mulainya dari the newlywed Ka Cici & Bang Kholid, sebenernya udah dari siang gitu mereka kirim pesen di fb, nanya boleh dateng apa ngga. Dan waktu saya tanya ke Dzaky, katanya nggak boleh. he he he. Maaf ya Ka ci & Bang Kho, rumah lagi kayak kapal pecah soalnya.. tapi memang jari-jari Allah yang bekerja ya, saya lupa gitu nyampein pesannya. Alhasil, pas saya inget mau nyampein, mereka langsung ngirim sms, "kita udah di kapuk.." Saya langsung nengok ke Dzaky dan dia ga bilang apa-apa, melainkan jalan ngeganti baju. Alhamdulillaah, come here you fellas!

Ka Cici & Bang Kholid dateng bawa roti bakar dua tampuk (tau aja kita belum makan!). dan kami pun berbincang lumayan lamaaaaa... Chiwa juga kayaknya seneng ketemu Tante nya itu. nangisnya mereda, bahkan sempet ketiduran di gendongan Ka Cici. Ga lama, tanpa diduga sebelumnya, Ibu Champ juga dateeeeenggg..!! Hooo, saya terharu sangad.. memang sih udah dari maghrib Tery bilang mo kemari. tapi saya bilang ga usah karena Dzaky nya juga masih lemes. Tapi dia tetep datang! Hiksss.. aseli saya terharu.. apalagi Tery dateng bawa dua bungkus soto plus nasi.. doh, rasanya pengen nangis aja deh.. mereka baik banget..

Alhamdulillaah, ba'da kedatangan tamu-tamu seru itu, Dzaky keliatan lebih sehat. setidaknya lebih ceria deh. Dan Chiwa juga jadi agak tenangan (nah, ketauan kan, jadi kalian yang ngerasanin dari kemaren? ;p). Energi saya pun terpompa lagi. Allah, saya ga sendirian! :D

not the least, tante cibuy yang sempet saya ajakin ketemuan di detos tapi nggak jadi. hehe, kapan-kapan ya buyyy..

Walaupun pagi ini kembali gloomy, tapi saya sangat terbantu dengan kedatangan mereka itu.. sampe terharunya saya sampe bikin status di fb

Today, I am asking Allah for a hug,
and you know what?
Allah gives me three hugs in a row!

I love you Puti Ayu Setiani, Rizky Eka Putri, & Tery Marlita!
:')

sepele, tapi signifikan. kau mungkin terkadang tidak menyadari bahwa sebuah pelukan bisa menjadi begitu berarti...



V.A.C.A.T.I.O.N

Dear Allah,
Whenever You read this post, please answer me on Your blessing.


May I ask for a rest? short vacation maybe?



Bunda Chiwa,
yang lagi kepengen banget menjauh dari manusia.


take it easy Tam, Allah bersama para Ibu hamil dan menyusui! ;p

'Aqilla Adinda Kita :)

Buuuun.. jilbabku kegedean niih.. :(


'Aqilla adinda kita yang sopan dan jelita
Angka SMP dan SMA sembilan rata - rata
Pandai mengarang dan organisasi
Mulai Muharam 1401 memakai jilbab menutup rambutnya
Busana muslimah amat pantasnya

'Aqilla adinda kita yang sopan dan jelita
Index Prestasi tertinggi tiga tahun lamanya
Calon insinyur dan bintang di kampus
Bulan Muharam 1404 tetap berjilbab menutup rambutnya
Busana muslimah amat pantasnya

'Aqilla adinda kita tidak banyak berkata
'Aqilla adinda kita dia memberi contoh saja

Ada sepuluh 'Aqilla berbusana muslimah
Ada seratus 'Aqilla berbusana muslimah
Ada sejuta 'Aqilla berbusana muslimah
Ada sejuta 'Aqilla, 'Aqilla adinda kita

(Bimbo - (aslinya) 'Aisyah Adinda Kita)

I wanna grow old with you..

Ketika kini, saat kita masih muda dan bersemangat, selalu ada cinta yang meluap-luap,
bagaimanalah nanti ketika untuk menyangga tubuh saja kaki kita tak lagi kuat?

Ketika kini, saat wajahku masih lurus dan mulus, lalu kau rasakan betapa mudahnya tersenyum berucap, "Cantikku..",
bagaimanalah nanti ketika disana hanya kau temukan keriput yang makin berkerut?


Ketika kini, saat suaraku begitu lembut menebar hangat kerap kali kau pulang ke rumah,
bagaimanalah nanti ketika pita suara tak lagi berputar semestinya hingga serak yang keluar bahkan menyerupai burung gagak?

Ketika kini, saat gigiku masih terususun rapi dan bersih. senantiasanya tersenyum semanis madu padamu.
bagaimanalah nanti ketika ianya tak lagi ada. hingga untuk mengunyahpun aku tak lagi mampu?

Ketika kini, saat daya ingatku kuat membantumu menghitung anggaran rumah per bulan, jua bonus-bonus bulanan rizqi kita dari-Nya,
bagaimanalah nanti ketika untuk mengingat namamu saja, aku perlu bekerja keras begitu rupa?




Ketika kini, aku begitu sehat hingga mampu mengerjakan semua: cuci, setrika, juga merapih rumah,
bagaimanalah nanti ketika tahu-tahu kau harus memapahku -yang tanpa daya- kemana-mana?




Ketika kini, aku dan kamu yang seringkali menghabis waktu berdua. menaiki motor menembus malam. atau menunggu bus menuju puncak berjam-jam lamanya. Lalu kita tahajjud di kaki shubuh ditingkahi udara dingin yang makin merapatkan,
bagaimanalah nanti ketika satu-satunya rekreasi yang dapat kita lakukan hanyalah mengurusi cucu-cucu?




Ketika kini, Sayangku, dengan mudahnya kau dapat menemukan berjuta alasan untuk mencintaku..,
akankah... akankah.. akankah itu tetap menjadi perkara mudah bagimu saat di hari nanti aku hanya mampu merepotkanmu?



Ketika kini lalu bagaimanalah..
ketika ketika ketika..
bagaimanalah jikanya nanti..


Ah,


Dapatkah, kita terus seerat ini, hingga nanti, Sayang?





I wanna grow old with you
I wanna die lying in your arms
I wanna grow old with you
I wanna be looking in your eyes
I wanna be there for you
Sharing everything you do
I wanna grow old with you
(I Wanna Grow Old With You, Adam Sandlers)

Stress nameless

Cerita kali ini tentang ASI.

Alhamdulillaah, sebelum 'Aqilla lahir, bulan ke-9 tepatnya, ASI saya sudah keluar dalam bentuk bercak-bercak sedikit di baju.
kemudian setelah 'Aqilla lahir, tepat saat ia baru keluar fresh from the oven ;), kolostrum saya juga langsung keluar dan berhasil IMD walau harus dibantu Ibu (karna saya pendarahan waktu itu).
Dan ga perlu waktu lama, sehari di rumah sakit, ASI saya langsung merembes ruah dan 'Aqilla minum dengan lahapnya. Alhamdulillaah..

Sejauh kemarin, pengalaman menyusui saya semuanya begitu lancar. Memang sih, awalnya sakit. Namanya juga ibu baru, fisik lumayan kaget dengan "gerusan" mulut bayi yang kasar dan tajam. awalnya sempet tuh ngerasa trauma, karena setiap habis nyusuin rasanya jadi nyut-nyut ga keruan, apalagi kalo pabrik susu nya kesentuh atau kesenggol (padahal ga sengaja), wiiihh.. bisa misuh-misuh berat saya. seru deh perjuangannya! sampe baret, lecet, kelupas-kelupas, hehe.. kadang kalo ga tahan, saya nyusuin Chiwa sambil ngeringis-ringis.

Walaupun begitu, semuanya tetep lancar. sakit yang dirasa cuma muncul sebulan awal, selebihnya udah cincay lah! hehe. ASI saya rasanya bener-bener melimpah buanget, apalagi ditambah frekuensi Chiwa minta mimik juga buaaanyaaak bangeettt.. ga heran deh kalo tu bocah sekarang udah 5,4 kg aja padahal baru 2 bulan (Alhamdulillaah,, sehat sehat ya, Cantik.. :)

Stok ASIP juga selalu kekejar. Sekali mompa, saya biasa dapet 160-200ml yang biasanya saya bagi ke 2 botol U* 1000. Tiap hari saya bisa mompa 2-3 kali, jadi dapet banget tuh 4-6 botol yang disimpen rapih untuk Chiwa selama saya kuliah. itupun seringkali masih netes-netes dan ngerembes ke baju saking banyaknya.

Semuanya begitu laaancaaaarrrr... sampe akhirnya pekan lalu, saya menyadari ada yang aneh dengan jumlah produksi ASI saya.

Ya, sodara-sodara, ASI saya tiba-tiba berkurang. ASELI. berkurang dalam jumlah yang sangat signifikan.

Awalnya saya ga begitu ngeh. cuma merasa aneh, kok pas saya kuliah seharian (dari jam 10 sampe jam 4 sore), tanpa mompa sekali pun, ASI saya belum penuh-penuh. nyut-nyutan juga ngga. padahal biasanya tiap 2 jam sekali, berasa banget kalo si pabrik ASI udah puenuh dan sakit kalo ga dipompa.


Sesampainya di rumah, saya langsung nyusuin Chiwa, as usual.
seselesainya aktivitas susu-menyusu itu, mulailah saya memompa ASI, mengingat di kulkas hanya ada 1 botol yang tersisa.
saya syok berat ketika ASI yang saya pompa ga kunjung keluar. huahhhhh.. paniknya ga kekira! Pasalnya besok saya mesti kuliah dan ga mungkin cuma ninggalin Chiwa dengan 1 botol ASIP di rumah..

langsung aja saya cerita ke Abhiwa, dengan sedikit terisak-isak. hehe. panik sih soalnya..
Abhiwa langsung keluar rumah nyari bubur kacang ijo dan sayur-sayur berkuah, sedang saya di rumah bolak-balik nenggak air hangat sambil komat-kamit do'a dalam hati supaya ASI saya penuh lagi.

 Oh iya, saya juga minum 2 kapsul transferfactor, si kapsul kolostrum canggih peningkat imun, yang berhasil nyembuhin batuk-pileknya Chiwa hanya dalam 3 hari.



Malam pun tiba. ASI saya ga kunjung penuh, ditambah Chiwa yang bolak balik minta mik susu. saya masih belum bisa mompa untuk stok ASIP besok.

Senin pagi, akhirnya saya menyerah. saya memutuskan untuk ga masuk kuliah dan tetep stay di rumah. saya langsung googling tentang masalah saya ini, alhamdulillaah, ternyata banyak ibu2 yang ngalamin hal serupa dengan tambahan tips yang mereka kasih di sana (makasih ya Moms, keep on writing. saya yakin untuk salah satu alasan ini lah menulis blog menjadi penting buat para ibu. *hugs!)

Akhirnya saya paksakan untuk mompa. walau cuma dapet 60ml sekali pompa (dulunya bisa sampe 200ml, bayangin coba!). sebodo amat. Chiwa harus punya stok ASIP yang cukup, walau itu berarti saya harus giat memompa tiap 2 jam sekali, ga peduli berapapun dapetnya sekali pompa.

Sambil setengah nangis, ngeliatin Chiwa, ditepukin bahunya sama Abhiwa, dan berdo'a, saya keep on pumping that day. saking kosongnya pabrik ASI saya, sampe-sampe rasa nyut-nyutan itu muncul lagi. persis kayak awal-awal menyusui.
sejujurnya saya makin panik, apalagi Tante yang biasa bantu jaga Chiwa bilang kalo demand ASI Chiwa nambah banyak selama saya kuliah. yang tadinya cuma ngabisin 3 botol @60ml, sekarang bisa sampe 6 botol! itupun padahal udah saya tingkatin isinya jadi @100ml.

Huhuhu.. seru banget deh minggu ini. baru kali ini saya ngerasain mompa ASI sambil nangis-nangis. sambil berulang kali marahin diri sendiri karena akhir-akhir sok makan sembarangan karna pede ASInya bakal banya terus.. seru bangeeettt.., sampe-sampe tiap pulang bisnis, Abhiwa ga langsung ngucap salam, tapi malah nanya: "Dapet berapa ml hari ini?" hiksss... saya terharu kalo teringat kata-kata suportifnya yang membantu saya untuk tetap positif kalo ASI saya bakal penuh lagi.

Dan saya terharu banget ketika kemarin, untuk pertama kalinya setelah seminggu "kekeringan", ASI saya ngerembes ke baju sepulang kuliah. Ya Alloh... itu bahagianya tidak terkiraaa.. saya langsung pompa sepulangnya ke rumah.. dan segera masukin freezer buat stok ASIP Chiwa.

Alhamdulillaah,sekarang produksi ASInya udah mulai lancar lagi. saya tetep konsumsi sayur berkuah, banyakin minum air, jus, dan susu. juga 2 kapsul transferfactor tiap harinya.

Setelah saya terawang-terawang lagiiii.. ternyata sumber pengurangan ini adalah stress akademik. heuheu..

berlebihan? nggak ah! tanya aja tuhhh, anak-anak psikologi 2007 sekarang. mukanya pada betekuk semua. hihi.. ;)

Yep. Proposal Penpsisos, CE Pelatihan, Verbatim Kuali, kuesioner anjab, dan bertumpuk-tumpuk lain tanpa saya sadari jadi beban yang bikin produksi ASI saya turun.. huhu.. stress nameless, jahatnya kamuuuu..

 dari kejadian ini, saya jadi bener-bener belajar.. kalo jadi Ibu itu bener-bener ga gampang. ga bisa lagi ngeremehin masalah makanan atau stress-stress-an. saya juga jadi bisa ngerti banget perasaan beberapa Ibu yang punya masalah dengan menyusui dan sampe terpaksa kasih anaknya sufor. karna memang saking paniknya, saya sempet muncul lintas pikiran buat beli sufor (yang langsung ditahan oleh Abhiwa, tentunya).

Mudah-mudahan, ke depannya ga ada lagi fase kekeringan macem gini.. cukup sekali aja.. saya ga tahan rasa sedihnya soalnya. sedih karena takut Chiwa kekurangan stok ASI.. T_T

Ya Alloh.., sayangi Ibu-ibu yang menyusui, langsung ataupun ga langsung, ASI maupun sufor..
karena mereka pasti cuma ingin yang terbaik buat bayinya..



btw, Insyaalloh kuliah saya tinggal 3 pekan lagi.. sehabis ini kami akan pindah ke Bandung. saya skripsi, dan yeaaayyy!! I will be a full time mom for beloved 'Aqilla. :D 
do'ain yaa supaya semester ini kuliah saya lulus semua..

Beloved 'Aqilla

Abhiwa dan Bunda mu memang berbeda, Cantik.

Lihat! kami saja ingin dipanggil oleh mu dalam tatanan yang kurang seirama:
Abhiwa-Bunda, instead of Abi-Ummi atau Ayah-Bunda.


Shalihah, ketahuilah bahwa kami memang berbeda! maka jangan terkejut ketika dewasa nanti dan kognisi mu mulai memasuki tahap konkrit operasional, lalu melihat Bunda mu yang akan sangat mudah tersedu sedan menonton suatu film, sedang Abhiwa mu cukup menggeleng kepala dan tetap tenang.

atau nanti, saat asupanmu tak lagi hanya ASI;
ketika langkahmu riang menghampiri meja makan dan menemukan begitu banyak lauk yang beraneka dan kontras.
Right, dear, kami punya makanan kesukaan yang saling berselisih pandang.

atau nanti,
saat Bunda mu bersemangat mengajakmu berpesiar keliling dunia,
lalu Abhiwa mu akan berkata, "Ti-dak."

juga saat Bunda menyemangati mu untuk rajin membaca,
sedang Abhiwa mu bicara, "Bundaaa, musik saja!"


Ah ya, kelak kau pun mungkin akan tergeleleng dan tergelak mengetahui betapa uniknya perpaduan Abhiwa dan Bunda mu ini!

tetapi ketahuilah,
Abhiwa dan Bunda mu memang berbeda -hampir dalam segalah hal-, Chiwa sayang..

tetapi satu kepastian yang akan selalu sama:
mencintaimu dengan luar biasa!

:)





Hey Shalihah, 
thank you for choosing us as your parents!
yakinlah,
kan kami buat hari hari mu bernama bahagia sahaja..

 this note is inspired from here.

ini cuma tentang bersyukur, Tami!

Saya lagi sedih.

beban pensos kognitif lagi super berat akhir-akhir ini.
belum lagi tugas pelatihan saya yang belum jelas pula juntrungannya hendak kemana.

Huff... well, Tami, this is not about ur academic, rite?
Yap.. ini bukan soal akademik saya kok.

Saya cuma sedih. sediiiih sekali..

sedih karena saya yang sudah berumur 20 tahun ini, belum juga bisa mengendalikan perasaan dengan baik. emosi saya susaaahh sekali diajak asertif. masyaallah.. padahal saya kan anak psikologi.

sumpah. saya kepingiiin banget bisa jadi kayak ibu saya. yang ketika bete, marah, ataupun tersakiti bisa tersenyum, bahkan berlaku ramah pada pihak si pelaku.
saya kepingiiiin banget punya ketulusan kayak beliau yang bisa tahan emosi pas kesel, atau minimal deh, ga munculin muka bete ke permukaan. sumpah saya pingin banget bisa kayak gitu.

ini bukan tentang rumah tangga saya kok :)
saya cuma lagi kesel sama diri sendiri: atas ketidakmampuan mengelola emosi-emosi yang bergejolak dengan apik.
ga kayak Ibu. atau suami saya yang bisa easy going dan ga terlalu masukin semua stimulus ke hati.

saya ga bisa. ya ampuuuunnnn.. kenapa ya saya perasa banget jadi orang?

beneran deh, semua stimulus pasti saya masukin ke hati. yang negatif terutama.
jadinya ya begini, kepikiran berhari berbulan bertahun. jadi kerak di hati dan itu buruk banget kan?

satu lagi:
kenapa ya saya begitu gampang mengevaluasi keburukan ya dibanding kebaikan?
dan terlalu membanding-bandingkan?

Padahal kan tiap orang ga bisa ya, saya rubah supaya bisa penuhin apa mau saya?

curhat ya jadinya? ;)


by the way, saya nemuin renungan bagus tentang bersyukur nih, tentang sesuatu yang lagi saya coba resapi saat ini.

Saya BERSYUKUR:

1. Untuk istri yang mengatakan malam ini kita hanya makan mie instan, karena itu artinya ia bersamaku bukan dengan orang lain

2. Untuk suami yang hanya duduk malas di sofa menonton TV, karena itu artinya ia berada di rumah dan bukan di bar, kafe, atau di tempat mesum.

3. Untuk anak-anak yang ribut mengeluh tentang banyak hal, karena itu artinya mereka di rumah dan tidak jadi anak jalanan

4. Untuk Tagihan Pajak yang cukup besar, karena itu artinya saya bekerja dan digaji tinggi

5. Untuk sampah dan kotoran bekas pesta yang harus saya bersihkan, karena itu artinya keluarga kami dikelilingi banyak teman

6. Untuk pakaian yang mulai kesempitan, karena itu artinya saya cukup makan

7. Untuk rasa lelah, capai dan penat di penghujung hari, karena itu artinya saya masih mampu bekerja keras

8. Untuk semua kritik yang saya dengar tentang pemerintah, karena itu artinya masih ada kebebasan berpendapat

9. Untuk bunyi alarm keras jam 5 pagi yang membangunkan saya, karena itu artinya saya masih bisa terbangun, masih hidup

10. Untuk semua masalah dan penderitaan hidup yang saya alami, karena itu artinya saya memiliki pengharapan hidup kekal yang penuh suka cita di surga.




Allah, it's all  just about gratitude, rite?



Bukan kebahagiaan yang membuat kita bersyukur namun bersyukurlah yang membuat kita bahagia




"..Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".
 (Quran Surah. Luqman:12)

Ga penting, tapi signifikan..

perubahan panggilan yaa, sodara-sodara..
(haha, berasa banyak yang baca aja gitu blognya? ^__^)

karna sudah terbiasa dari kandungan, dan sepertinya dia sangat menikmati sebutan ituuu.. dan juga cuma mau menengok kalo dipanggil dengan nama ituuuu..

Okey 'Aqilla, kembali ke khittahmu, Nak. hehe..
let's call her "Chiwa", then.

Dan berhubung sayah mupeng sekali dipanggil Bunda sejak zaman dinosaurus dahulu kalaaaa...
plissssss.... panggil saya Bunda Chiwa aja yaaa? *maksa

berhubung Abhiwa nya kagak mau ganti panggilan jadi "Ayah", "Abah", "Baba", ato yang lainnya.. biarlah dia tetap Abhiwa.. yeahh.. ya sudaahhhlaahh.. "bagimu panggilanmu, bagiku panggilanku.." hihihi..

Kok beda? yooo biarlah.. kan saya udah pernah cerita di sini, tentang bagaimana bedanya kami.. yang saya suka pasti dia nggak, gitu juga sebaliknya. termasuk urusan panggil-memanggil ini. hehe.. serius dah, Dzaky tetep kekeuh sama panggilan "Abhiwa".

Yosh, beda tak mengapa, yang penting kan kami tetap sejiwa.. :D

Baiklah sodara-sodara, ini emang ga penting, tapi signifikan..
jadi jangan binun ya kalo berkunjung ke sini (emang ada yang, Tam? hehe..),
oknum berinisial 'Aqilla selanjutnya akan disebut dengan "Chiwa"
trus saya jadi "Bunda" (pliss ya pliss ya, Bunda aja? hehe, maksa teruss)

Sekian dan terimakasih
Wassalamu'alaykum warahmatullah wabarakatuh
(berasa abis ngumumin pidato negara deh saya)

SalamSuper
TaDzakA
TamiDzaky'Aqilla

Pejamkan mata dan sebutlah sepuluh nama yang paling kau cintai dalam hidup ini

Saya ambil topik tersebut dari blog ini.


Bismillaaah, saya memejamkan mata, dan yaa...
kalian, sepuluh nama yang paling saya cintai dalam hidup ini:

1. Ibu.
Untuk senyumnya yang ga pernah lepas, sebandel apapun saya di masa remaja. Untuk pengorbanannya yang begitu luas dan tulus. Untuk kemudahannya dimintai bantuan-bahkan- lebih sering tanpa perlu saya mintai terlebih dahulu. Untuk bijaknya dalam mendidik anak -Ibu, bisa kah aku sepertimu?-. Untuk syurga di telapak kakinya yang terasa sangat suliiiiit untuk saya gapai mengingat semesta kebaikan-kebaikannya dan seuprit pengabdian saya. Untuk setengah jiwa yang saya dapati darinya 20 Juni sembilan belas tahun silam.

Ibu, aku mencintaimu dalam sadar dan tidak sadarku. aku mencintaimu, Bu.
aku ingin jadi shalihah karena hanya dengan itu Allah 'kan kabulkan pintaku padaNya untukmu:
sebaik-baik istana menjulang di syurgaNya sana.


2. Kanda-ku.
makhluk baru dalam kehidupan saya. Hehe. saya mencintainya melalui jalan pelangi yang kami titi setahun ini. bukan sesiapa yang tiba-tiba saja berjuang untuk dunia-akhirat saya.
Saya mencintainya untuk senyumnya. tawanya. candanya. cerianya.
untuk sepanjang jalan margonda yang kami lalui bersama hampir di tiap pagi.
saya pun mencintainya untuk sejuta perbedaan yang ada diantara kami.
saya cinta saat ia mengernyit dan berseloroh, "Leeeebaaaayyyyy..", tiap kali membaca tulisan saya tentangnya. tentang kami. ^_*

Sayang, sayang, sayang, ini kan yang kita sebut dengan kesejiwaan? ;)


3. 'Aqilla Humairaa Shalihah.
Saya sudah membagi separuh jiwa padanya semenjak detak jantungnya mengedip di layar USG RSIA Graha Permata Ibu sepuluh bulan yang lalu.

Perlukah kalimat lain untuk menjelaskan cinta Umhiwa padamu, Nak?


4. Swit.
Sahabat terbaik. Lebih banyak menanyakan kabar dibanding ditanya. Lebih banyak menelepon lebih dulu daripada sebaliknya.
Setiap mendengar ceritanya. perjuangan jilbabnya. semangat mengejar cita-citanya, saya cuma bisa malu. dia satu-satunya sahabat yang hampir selalu hadir setiap saat saya butuh dikuatkan.

Makasih ya Wit.. semoga Allah sahabatkan kita lagi di syurga nanti.


5. Mbah Kung dan Mbah Uti. Kalian sepaket untukku! :)


6. Dea Adhicita Shalihah.
kamu tulus, Dey, ga kayak aku: artifisial..
 
Chiw, jika kelak kau bertanya dari mana asal namamu, cukup baca posting Umhiwa yang ini ya.. :)



7. Anggo & Adi. I count you both once!


8. Yang Niz


9. Nesya Eka Putri


10. Tias Poltek temen ex-**** saya.







Mungkin kesepuluh nama itu ga rutin hadir dalam do'a malam saya.
Mungkin juga kesepuluh nama itu bukan orang yang rajin saya sambangi via sms atau telpon.
sesuai instruksi, saya cuma memejamkan mata, dan kesepuluh orang ini lah yang hadir pertama kali di pelupuk mata.
saya cinta kalian, wahai sepuluh orang disini, serta jutaan orang lainnya di luar sana! :)

Do'a 'Aqilla malam ini

Allah, tolong jagain temen-temen bayi aku ya di Mentawai, Merapi, dan Wasior.
Kasih mereka makan yang cukup, tempat bobok yang anget, juga baju yang kering.

oh ya, jangan lupa ingetin Ummi Abi mereka supaya tetep ada di deket mereka.

Allah, aku anak shalihah kan ya? Ummi bilang, anak shalihah disayang Allah, didenger do'anya.


aku mau jadi anak shalihah supaya Allah kabulin do'a nya aku.



Allah, jagain temen-temen bayi aku ya di sana... makasih Allah. Udah ya, aku mau tidur dulu.

amin.

kita namai ini; kesejiwaan?

Saya telah mengenal lelaki ini hampir sembilan tahun lamanya.

Dimulai dari Sekolah Menengah Pertama saya di 30. Tingkat 3 tepatnya, sebab saat itulah takdirNya dan nilai rapot mendudukkan kami di kelas yang sama. kelas unggulan (katanya, hehe..).

dia bukan sesiapa saat kami masih berstatus "anak baru" SMP.
Ah, saat sudah sekelas pun dia masih belum sesiapa. hanya saja, jabatannya sebagai Ketua Kelas, dan saya (dengan takdirNya pula) sebagai Bendahara, terkadang membuat saya harus bersinggung kalimat dengannya. Entah membicarakan anggaran kelas, kesepakatan iuran kas, entah persiapan lomba menghias kelas menyambut hari kemerdekaan.

Saat itu, saya cukup tau namanya. nama lengkapnya. dimana tempat tinggalnya. kelakukan-kelakuannya di kelas. juga sedikit nilai-nilai ujiannya :)

Cakrawala saya tentang lelaki itu mulai bertambah saat saya-dan dia- masuk SMA -yangsamatentunya-.

saya dan dia bertemu di ruang OSIS, juga di sela rapat gabungan rohis.
Belakangan saya jadi tahu lebih banyak,
tentang caranya berbicara. pola pikirnya. juga sedikit kuat-lemahnya.

Hmm, belakangan saya pun jadi lebih sering melihatnya.
entah serius di belakang berkas LPJ dan sebotol tinta cap OSIS,
entah berkerut di hadapan khalayak syuraa' rohis rutinan,
entah wibawa memimpin barisan anak-anak baru yang ramai dengan atribut MOS mereka.

serius-berkerut-wibawa?
Ah ya, si Lelaki itu, memang begitu ia adanya.


Rasanya seperti baru saja semuanya berlalu. SMP: Kelas 1... 2... dan 3 sampai beranjak SMA: kelas X... XI.. dan XII

Rasanya baru kemarin semua itu berlalu,
dan tahu-tahu saja Allah menakdirkan kami duduk semeja di hadapan Ayahanda 18 Juli 2009 yang lalu.

Ya, belum banyak yang saya ketahui tentang nya: si Lelaki ini.
hanya bertambah seputar kondisi keluarganya, keuangannya, visi-misi, serta beberapa mimpi besarnya yang Lelaki itu ingin capai dengan saya.

Ah, Lelaki itu..
selepas akad diucap dan kami mulai hidup bersama, belakangan saya tahu bahwa saya belum mengenalnya sama sekali!

kami sungguh berbeda -entahkenapa- hampir dalam segala hal.

saya tipikal acak-abstrak, sedang Lelaki itu sungguh-sungguh teratur-konkrit.
saya senang dengan konsep besaaaaarr sehingga tak jarang membuat saya melayang, lupa dengan pelaksanaan.
Lelaki itu? dia konseptor sekaligus eksekutor yang apik sungguh.

saya senang bermain dengan kata. menyelam dalam kalimat. tenggelam dalam makna.
Lelaki itu tidak. ia senang matematika. ~_~

Jika kemudian saya menyenangi hal-hal romantis. kejutan-kejutan kecil yang manis. ataupun sekadar panggilan sayang,
maka buat Lelaki itu, membuat kejutan, romantis, atau panggilan sayang adalah bukan keahliannya. dan sungguh-sungguh bukan keahliannya.

saya ekspresif! saya bisa tertawa terbahak-bahak; juga menangis meraung-raung dalam titik-titik ekstrim saya. saya senang bercerita -bercerita apa saja tentang yang terlintas: kuliah pagi tadi, kejadian di jalan, atau sekadar berita di koran.
Lelaki itu beda, dalam polar emosi nya saja ia masih bisa tenang. seumur 9 tahun kebersamaan ini, saya hanya pernah melihatnya menangis beberapa kali. itu pun dalam kondisi tangisan saya sudah bukan ada lagi. tapi dahsyat. badai. hehe.

saya juga senang menunggu, Bagi saya, menunggu itu berarti waktu tambahan untuk menikmati sekitar, juga cukup untuk bertilawah walau hanya sebentar.
Buat si Lelaki, menunggu berarti menaikkan emosi nya ke titik didih puncak *hahay!


Allah nyatanya memang mencipta kami dalam orbit yang berbeda.
apa yang dia suka, bisa dipastikan tidak saya suka.
begitu juga dengan apa yang saya suka, aha! ternyata dia benci itu setengah jiwa.

Bersama ia, Lelaki itu, saya seakan naik turun gunung, menelusur hutan rimbun, kemah di lembah, menggantang asap di kaki langit, terkadang juga terasa seperti mencacah satu-satu butir pasir di pantai.

Berbeda. hingga saat ini pun saya masih tertakjub dengan perbedaan-perbedaan lain yang baru saya temukan belakangan ini. saya dan dia berbeda. sungguh beda.

Ah Allah, cara MU mengambilku dari rusuknya memang sungguh manis..

karna dalam perbedaan itu pula kami belajar untuk tetap berpegang erat.
ada kalanya saya yang harus memelankan laju, ada pula saatnya ia yang harus berpelan jalan.
tentu, terlebih sering kami sama-sama berlari untuk saling menyeimbangi.


Ah Allah, cara MU mengambilku dari rusuknya memang sungguh manis..

sebab dalam perbedaan itu pula saya temukan cinta. pengertian. kasih. kebersamaan. hangat. berapatan. air mata. usapan. bahu. tawa. canda. ceria.

hingga menjelmalah hari-hari saya menjadi bahagia.

saya dan dia -Lelaki itu- berbeda sungguh.
tapi didalamnya pula kami larutkan cinta seluruh. biar ia meluap-ruah hingga membuat semua itu hanya terpersepsi indah. indah. indah. indah.

Ah, Sayang, dengan apa kita namai ini; kesejiwaan?


 


Kecocokan jiwa memang tak selalu sama rumusnya

Ada dua sungai besar yang bertemu dan bermuara di laut yang satu; itu kesamaan...


Ada panas dan dingin yang bertemu untuk mencapai kehangatan.. itu keseimbangan...


Ada hujan lebat berjumpa tanah subur. lalu tumbuh taman; itu kegenapan


Tapi satu hal tetap sama...


Mereka cocok karena bersama bertasbih memuji Alloh


Seperti segala sesuatu yang di langit & bumi


Ruku' pada keagunganNya


Dan...


"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?"


-ROHIS 34 2009- 

(taken from here)
 

Lelaki itu, Ahmad Dzaky Hanif, terimakasih untuk semua perbedaan yang membuat jemari kita makin mengerat di tiap detiknya..

Menjadi Ibu

Bismillaah..


Yap, akhirnya saya bisa posting lagi ('Aqilla lagi bobok, jangan berisik yaa.. hihi..)

Satu bulan enam hari ini sungguh menakjubkan! Serius deh, jadi Ibu itu bukan untuk dibicarakan, tapi dirasakan. Dan bagaimana rasanya? LUAR BIASA! yap, sungguh-sungguh luar biasa.

Sejak menjadi Ibu, baru kali ini saya merasakan betapa saya mencintai seseorang melebihi diri saya sendiri. secara dalam, utuh, dan menyeluruh. Ya, rasa melindungi. memberi tiada henti. Rasa yang membuat saya was-was sepanjang masa untuk sekedar melongok 'Aqilla 5 menit sekali: memastikan ia nyaman dengan posisinya, sudah cukup kenyang meminum ASI, atau berada dalam keadaan popok yang kering.

Allah... saya benar-benar bahagia menjadi Ibu. :')

Bagaimana dengan baby blues? haha. jangan ditanya, itu sih manusiawi. Di tiga pekan pertama pasca 'Aqilla pulang ke rumah dan mulai bersama saya sepanjang hari di kamar, keluar lah lelah lelah dan terkuraslah tenaga itu. Mengganti popok. Menyusui. Terbangun tengah malam. Tangisan yang, maaf Nak, tidak saya pahami maksudnya apa.
Belum lagi berbagai tugas yang harus saya kejar karena sudah mendekati masuk kuliah.
Oh oh, saya lupa menyebutkan cucian baju yang menumpuk, rumah yang tak lagi terlihat rapi, kamar mandi yang belum disikat, dan dan dan lainnya..

baby blues? tentu. he he he.
Alhamdulillaah,saya punya suami yang begitu suportif. bahkan sejak awal kami masih di rumah sakit dan belum bisa menggendong sempurna si kecil (karena tangan yang masih diinfus, ba'da pendarahan). Aay terlebih dulu belajar menggendong, bahkan membedong 'Aqilla. Saat ASI saya belum keluar dan si kecil meraung-raung? Ia yang menyanyikan lagu hingga 'Aqilla tertidur.

Belum lagi Ibu dan Tante saya yang turut stay di rumah untuk pekan pertama. Membantu saya menggendong 'Aqilla saat menangis tengah malam. juga membantu menjemurnya di pagi hari.


Huah, beneran deh, social support tuh dibutuhin banget buat ibu-ibu pasca melahirkan. saya cukup ter-coping dengan kebaikan kebaikan mereka. Alhamdulillaah.. makasih ya semuanya..


Sekarang 'Aqilla sudah satu bulan lebih enam hari.
Saya masih punya jadwal kelas senin sampai kamis yang harus dihadiri,
juga badai UTS dan -nanti- UAS yang menerjang-nerjang di akhir tahun ini,
tugas pribadi maupun kelompok,
Dan (ah, hard to say this) proposal penelitian sosial yang sudah ibarat "anak kedua" saya yang mengaduk-aduk kognisi, afeksi, dan psikomotor (bikin gue keliling perpus, soalnya. hehehe).


Tapi Allah,
saya paham bahwa ini adalah pilihan.
Menikah muda dalam kondisi masih sama-sama kuliah, lalu punya anak dengan putusan tidak akan cuti.
Ya, ini adalah konsekuensi kami  saya.

Saya akui saya lelah. ketika malam terjaga, lalu paginya sudah harus membuka mata. menyusui, mandi secepat kilat, menggendong 'Aqilla sebentar, lalu segera berangkat ke kampus.
dan pulangnya, saya harus bertemu dengan ritme serupa: mengganti baju atau mandi (kadang bahkan ga sempet, hehe), menyusui 'Aqilla (Yeah.. she wakes up everytime I go home, now..), menidurkannya, lantas curi-curi waktu untuk mengerjakan tugas atau belajar (haha, yang terakhir mah bo'ong).


dan ini yang bikin saya rada "kehilangan": saya ga bisa lagi nulis blog kapan pun saya mauuuu.. huaaaa..
Ya, saya kehilangan banget sama me-time untuk urusan blog menge-blog ini. saya cinta menulis. dan saya suka katarsis melaluinya.


Tapi sekali lagi, ini konsekuensi. Seperti kalimat yang sering diucapkan Aay; bahwa tiap pilihan mengandung konsekuensi-konsekuensi. Dan tanggung jawab kita lah sebagai pengambil keputusan untuk menjalankan konsekuensi itu sebaik-baiknya. sehormat-hormatnya.

Ya, seperti Aay berkonsekuensi dengan cuti kuliah selama setahun, ini lah konsekuensi saya: kuliah, mengurus suami, dan anak.


Ya... saya cuma paham bahwa Allah tahu saya mampu. saya mampu. saya mampu.


but overall, semuanya jadi terasa menyenangkan loh makin kesini.. :)
pulang ke rumah disambut dengan tangisan 'Aqilla yang tiba-tiba terbangun padahal sebelumnya lagi pulas tidur.
tangisan tidak beraturan, memang. tapi entah kenapa, terdengar seperti: Bunda, Bunda, aku kangen! Sini peluk aku! di telinga saya. Membuat lelah lelah kuliah itu hilang dan tangan jadi ga sabar untuk segera meraihnya ke pelukan.


Ah, 'Aqilla. tiap gerakannya membawa bahagia tersendiri dalam hidup saya.
senyumnya, nyengirnya, tangisnya, bau susu-nya, ocehan-ocehannya, dan -nya -nya -nya lain yang ga terhitung banyaknya untuk diobservasi.

I do. I do. I do. I do love my baby....

Dan semuanya terbayar. impas. impas sudah. Letih dan capeknya ada, tetep berasa. tapi persepsi terhadapnya yang berubah menjadi begitu menyenangkan. saya cinta detik demi detik yang saya habiskan hanya dengan berbaring di sisinya yang sedang lelap. mendengar naik turun napasnya. juga mencium aroma tubuhnya yang wangi.

'Aqilla, Bunda mencintaimu selayak Bunda mencintai syurga, Nak..

Belakangan, ketika saya iseng membaca sebuah buku siang kemarin sembari menunggu 'Aqilla terbangun.
saya menemukan kalimat yang sungguh-sungguh merefleksikan perasaan saya pada 'Aqilla. utuh.

"Tahukah, Nak? Ketika seseorang menjadi Ibu, maka dia telah membagi-bagi sebagian jiwanya pada bayi-bayi mungil yang terlahir.. Bahagia atau sedihnya banyak tergantung padamu. Sebab jiwa seorang Ibu tak pernah utuh lagi sejak seorang makhluk kecil hadir dalam hidup mereka.."

Ah, mata saya basah sore itu. hati saya gerimis.. Allah.. ini sungguh bentuk cinta yang menakjubkan..

Lagi, saya lanjutkan membaca kalimat selanjutnya yang ditulis oleh Asma Nadia, begitu nama penulis buku Catatan Hati Bunda yang tengah saya nikmati sore lalu:

"Jangan salah, mereka berikan setengah nyawa bukan karena terpaksa., melainkan karena tak tahu lagi apa yang bisa diberikan untuk anugerah sebesar itu.."

Ya,
menjadi Ibu memang berarti harus bangun sedikit lebih awal dari biasanya.
tidur sedikit lebih larut dari yang dimau.
menikmati istirahat sedikit lebih cepat.

menjadi Ibu memang berarti harus mandi sedikit lebih cepat sebelum anak terbangun minta susu.
juga berarti sedikit lebih lihai dalam menata ulang agenda-agenda kehidupan. 
sedikit lebih cepat dalam melangkah pulang ke rumah.
sedikit lebih lapang saat harus bersendirian membuka mata di malam buta.

tapi sekali lagi, ini benar cinta yang menggetarkan..

jika dengan suami saja, saya terkadang pamrih dalam berbuat: memberi perhatian dengan harapan diberi perhatian serupa. Untuk 'Aqilla? hukum itu tak berlaku.

Sungguh tak pernah terlintas harapan akan imbalan atas semua kasih-sayang-cinta yang meluap-luap ini.
saya hanya ingin memberi-memberi-dan memberi. tanpa jeda. tanpa henti.




Ah, 'Aqilla, Bunda mencintaimu selayak Bunda mencintai syurga, Nak..

Allah, terimakasih. sungguh terimakasih atas anugerah tak berujung ini.
Dan kumohon, kumohon,
izinkan setiap wanita di muka bumi ini merasai ni'mat menjadi Ibu..
 







Depok,
31 Oktober 2010
di saat saya tersungkur dalam shalat menyadari bahwa hidup saya begitu dekaaaat dengan keni'matan;
sedang diri saya sungguh jauuuuuhhh dengan rasa syukur.

'Aqilla: Saat 24 September 2010 itu..

Bismillaah..

Proses persalinan. Yap! Finally, I have to write this. Bukan cuma karena tiap orang yang dateng jenguk pasti nanyain (sampe capek dah nyeritainnya. haha). Bukan juga karena si Abhiwa yang nyemangatin dengan bilang, "Ayo Dek, ditulis di blog. Pasti banyak deh yang komen!" *haha, gilakomenbangetdah.


Lebih dari itu, aku mau nulis lebih karena labor process is something wonderfully wonderful and amazingly amazing. Serius deh, melahirkan itu memang pengalaman luar biasa yang Allah sengaja desain buat para kaum hawa. khusus buat kaum hawa! :D

Okey,
semuanya di mulai pada minggu kehamilan ke-36.

Perut sudah mulai sering kencang. Bidan bilang, itu namanya kontraksi. Wajar, karena memang udah makin mendekati due date nya. Pokoknya jangan panik, selama jarak kontraksi nya masih hitungan jam, dan ga ada keluar air tiba-tiba (alias pecah ketuban), everything is OK.

Lalu dini hari itu (lupa minggu keberapa). Saat tahiyat tahajjud terakhir, tiba-tiba aja, serrrrrr.... ada yang ngalir tiba-tiba. Rasanya ngerembes gitu. dan lumayan banyak. Selesai ngelipet mukenah, aku langsung cek baju, dan bener aja, bagian belakang udah basah cukup banyak.

Spontan aku rada deg2an. Ini kah yang namanya pecah ketuban? tapi berhubung airnya udah ga keluar lagi dan perut pun ga nunjukkin tanda-tanda mulas dan sebangsanya, jadilah aku berusaha cuek dan kembali tidur. Sempet kepikiran sih mau bangunin Dzaky, tapi berhubung beliau semalam pulang larut dan terlihat lelah, sebagai istri (insyaalloh) shalihah (amiiiiinn), tak tega lah awak bangunkan dia. he he he

Paginya, baru aku cerita perihal air semalam...

aku      : "Bhiw, semalem masa' ada air yang ngalir-ngalir gitu pas aku sholat."
Dzaky  : "Nah loh, apaan tuh, Dhek? kamu kok ga bangunin aku langsung aja?"
aku      : "Heeee.. dibangunin juga palingan kamu tidur lagi."
Dzaky  : "Yeee, kalo kenapa-napa gimana coba?"
aku      : "Terus gimana dong?:
Dzaky  : "Ke bidan aja yuk."
aku      : (selalu senang diajak ke bidan karna berarti bakal USG) "Hayuk hayuk.. sekarang?"
Dzaky  : "Ya engga laahh.. kamu nyuci baju dulu sana!"
aku      : *gedubraaak! elah si Abhiwa.. luarannya doang panik ketuban pecah, teteup aja istri disuruh nyuci dulu. hahay! >.<

Singkat cerita, pagi itu kami ke bidan. Dan dengan suksesssss... disuruh pulang lagi..
Bidan bilang itu bukan air ketuban.. entah dah air apa. yang jelas, si bayi masih banyak jumlah ketubannya. So far, nothing to worry. Dokter nya malah dengan enteng bilang, "Udah ya bu, pulang aja deh, ngabisin kue lebaran aja di rumah!" wkwkwkwkw, oke deh dokterrr...

jadilah kami (aku, lebih tepatnya) dengan muka tengsin pulang lagi ke rumah. Tengsin kenapa? Jelaslahh, dari pekan ke-36 tuh aku udah bolak-balik dokter melulu (bukan pada jadwal yang seharusnya), cuma gara-gara dada sesaklah, tulang panggul nyeri lah, dan sepele-sepele lah lainnya. sampe bosen kalin ya itu para perawat n bidan di Depok Jaya. Heee, wajar aja kali yaa, kan aye belom pernah hamil, Bu Bidaaaan.. *defense mode on.

Nah, sekarang mari melompat ke tanggal 23 September.. fu fu fu =)

Alkisah, di periode itu, usia kandungan ku sudah masuk 38 pekan. Sejauh 38 pekan, belum ada tanda-tanda persalinan yang selama ini aku baca di "jurnal kedokterannya" dokter Google (ha ha ha..) macem keluar darah ato mules. Kontraksi sih udah mulai sering. kayak kenceng-kenceng gitu perutnya. tapi berhubung ga ada rasa sakit yang dirasa, jadilah aku masih berani wara-wiri di kampus.

itu pula yang terjadi di hari Kamis, 23 September lalu.
Pagi itu, kayak biasa, aku masih berangkat untuk kuliah Analisis Jabatan dan Pelatihan 2.
Bahkan sempet-sempetnya presentasi di kuliah pelatihan 2.
Pulangnya, masih sempet mojok dulu di labkom S2, nunggu Dzaky ngejemput.
Malemnyaaaa... kita berdua masih MUTERIN ITC Depok. dan sempet-sempetnya kita aku jalan kaki dari ITC sampe fly over ARH karna Dzaky kelupaan ninggalin helm ku di Priok. *dan mengingat saat itu berarti aku SUDAH bukaan 1 atau 2, ha ha ha.. baiknya suamikuuu.. :p

Sepulang dari ITC, aku menyadari there's something weird with my stomach.  Yap, entah kenapa perut ini kok berasa kenceng terus-terusan. dan jarak dari kenceng satu ke kenceng lainnya pun pendek. Biasanya kontraksi macem tu cuma satu atau dua jam sekali, ini udah 20 sampe 25 menit sekali. Akhirnya, sesampe di rumah, aku langsung telpon ke Depok Jaya. Nanya ini itu sama bidan. Bidan nyaranin untuk dibawa tidur dulu aja. kalo pagi nya masih kayak gitu, baru lah segera dateng ke Depok Jaya.

Jadi gimana? Ya nurut bidan lah! malem itu kita tidur dengan nyenyaknya! He he..
Maklum, capek berat gitu abis muterin ITC.. =p

Bangun pagi, sekitar jam setengah 7-an gitu, baru nyadar, ni kontraksi kok ga ngilang-ngilang ya?
Perutnya masih kenceng dengan jarak yang makin memendek. Dan ga lama... datanglah MULAS-MULAS itu.
Heee, sebenernya mah awalnya ga nyadar kalo itu yang dinamakan "mulas mau melahirkan".
Rasanya cuma nyeri sedikit, kayak mau dapet, tapi dengan intensitas yang lebih rendah.
Itupun cuma sebentar. Dateng, dan menghilang lagi.

aku      : "Bhiw, bhiw, masih kontraksi juga neh perutnyaa.."
Dzaky  : "Iya? Nah loh! Hayo loh, Dhek.. hayo lohh.. " *mintaditoyor
aku      : "Yahh, Abhiwa.. gimana dong, ke bidan ga nih?"
Dzaky  : "Ya udah yuk, ke Bidan aja,"
aku      : "Ntar kalo ternyata ga ada apa-apa lagi gimana? Kan tengsin ke sana mulu. *hahaha
Dzaky  : "Iya juga yak.." "Eh, masih kenceng ga tuh perut nya?"
aku      : "Masih, Bhiw.. nambah sering lagi."
Dzaky  : "Ya udah, ke Depok Jaya aja yuk"
aku      : "Ayuk, ayuk" (beringsut ke lemari mau ganti baju)
Dzaky  : "Eh Dhek,"
aku      : "Ya?"
Dzaky  : "Nyuci baju dulu gimana?"
aku      : ?#@^58*)>!

Tapi tenang aja sodara-sodara, berhubung sesaat setelah itu, mulas nya kembali datang, jadilah kami berangkat segera ke Rumah Bersalin Depok Jaya. Naik apa coba tebak? Naik Motor! Ya Alloh.., ampuni kami yang dzalim terhadap bukaan 1 dan 2 yang ternyata sudah berjalan saat itu.. 

Setibanya di Depok Jaya, as usual, aku ditensi dan timbang berat badan. Melihat muka ku yang udah ngeringis-ringis aneh, bidan nya nanya, "Udah mules-mules ya buu?
dengan santaynya aku malah jawab, "Heee, emang mules mau melahirkan tuh kayak gimana ya bu bidan?"

And then, aku dan Dzaky masuk ke ruang periksa. Berhubung udah ada keluhan kontraksi dan mulas sakit perut, jadilah aku musti periksa dalam. Begitu Bidan memulai prosesi periksa dalemnya, keningnya berkerut-kerut, mulutnya komat kamit:
"Engg.. tiga... empat.. tiga.. empat.."

Aku (di kasur periksa) dan Dzaky (di kursi pasien) sontak saling berpandangan (cieeeeee... *apasih?!),
Apaaan tuh tiga empat tiga empaaat?

Kelar periksa, Bu Bidan bertanya dengan entengnya,
"Bu, kesini bawa baju ga?"

Aku pun menjawab,
"Enggak, bu. emang buat apaan?"

Bu bidan tersenyum sembari berkata
"Ini udah bukaan 3 mau ke 4, bu. Jadi langsung ambil kamar aja yaa.. ga usah kemana-mana lagiii..."

Huaaaaaaaaa... what a shocking moment! BUKAAN 3, catet ituu! BUKAAN 3 dan kita berdua ga nyadar samsek. udah BUKAAN 3 dan kita masih sempetnya thawaf di ITC. udah BUKAAN 3 yang berarti gue bakal melahirkaaaaaannnn...

terkesan agak lebay sih, tapi itulah yang kita berdua rasaain saat itu.

Apalagi Bu Bidan langsung nambahin info yang helpful banget buat nambahin tingkat kecemasan kita:
"Bapak langsung pulang aja ya, ambil baju Ibu nya. Soalnya kalo lancar, insyaalloh 6 jam lagi lahiran nih.."


Okey, kembali lagi ke cerita.. aku dan Dzaky pun langsung masuk ke kamar Melur. Bidan nyuruh aku (yang waktu itu belom terlalu ngerasain sakit) untuk sarapan dulu. dan istirahat selagi bisa.

catet, selagi bisa.

Dudulnya, aku yang belum pernah ngelahirin dan lagi norak2nya bukaan 3, bukannya istirahat malah sibuk nyengir2 dan ledek2an sama Dzaky. bener nih udah bukaan 3? Nah loh, ayo loh, bentar lagi mau lahiraan.. Weeeww, kayak mimpi yaa kita udah bukaan 3 aja tau2?
dan berbagai ledekan ga penting lainnya.

Alhamdulillaah, masih inget buat baca Qur'an. Dzaky langsung nge-recite surat favorit kita selama hamil 'Aqilla: Surat Luqman.
Dan saat itu, sumpah, haruuuuu banget rasanya.. soalnya ini bakal jadi surat terakhir yang didenger si bocah dari dalem perut.. suara Dzaky jadi kayak berdengung-dengung gitu di sekeliling jiwa: Laa tusyriq billaah.. Laa tusyriq billaah.. Jangan sekali-kali sekutukan Ia dengan apapun jua, Ananda..
Hikkkss... Ya Allah.. kami akan segera jadi orangtua..

Then, these what happened that day..
13:30         : Periksa dalem lagi, bukaan nambah: 4 menuju 5. Aku masih bisa ketawa-tawa, bales sms orang2 yang kasih semangat (makasih banget yaaa yang udah ngirim SMS, terharu sangat loohh..). Pinggang sampe paha udah mulai nyeri tiap lima belas menit sekali. Cuma masih bisa jalan bolak-balik. masih bisa senyum.

15:30         : Periksa dalem lagi, udah bukaan 5 menuju 6. Di momen periksa ini, darah yang ditunggu2 akhirnya keluar (CATET yaa, ga semua bumil mesti keluar darah dulu baru bukaan. Serius, kalo udah mules n kontraksi mending langsung ke tempat bersalin terdekat deh!). Yaaap, si bidan ngacungin jarinya yang terbalut sarung tangan. merah. warnanya merah. itu darah aakuu.. dan karena aku takut darah, jadilah lemes sampe ujung kaki. di bukaan ini, aku masih bisa ketawa. sesekali. kebanyakan cuma ngeringkuk di kasur sambil megangin  ngeremes tangan Dzaky sampe putih. Sampe Dzaky takjub bertanya, "Ya Allah, Dhek.. rasa sakitmu kayak apaa? aku aja yang cuma diremes segini sakitnya.."

17:30        : Kembali periksa dalem. bukaan terus naik: 6 menuju 7. Alamaaak, ini dia peak moment-nyaaaa!! Mules melahirkan tuh bener2 beda. bukan kayak mules BAB. bukan kayak sakit perut kembung, maag, de el el.. rasanya kayak lagi dapet hari pertama terus ngelakuin outbond berpuluh kiloooo jauhnya. Suaaakiiiitt niann.. pinggang sampe kaki rasanya kayak mau rontoook.. Di sini aku cuma bisa ngedekem di atas kasur. pindah posisi tiap mulesnya dateng (udah tiap 5 menit sekali datengnya). nyoba dzikir, ngulang hafalan, remes2 tangan Dzaky, coba ngalihin prhatian dengan ngebayangin kalo bentar lagi bakal tatap muka sama bocah aktif yang selama 9 bulan ini bergerak riang di rahiim.. lumayan membantu sih, tapi yaa tetep aja. sakitnya itu lohh.. maknyuss.. huah, bener dah.. unforgettable moment banget.. di bukaan ini juga aku nyoba sekuat tenaga nahan air mata. bukan apa-apa, perjalanan masih panjang menuju bukaan 10, aku ga mau cengeng. kalo udah keburu nangis duluan, di bukaan selanjutnya bisa mewek heboh kan repot. he he he.

19:00      : Periksa dalem lagi. Bukaan 7 menuju 8. Akhirnya air mata itu pecah juga.. ga tahan lagi.. rasanya ga keruan soalnya.. di satu sisi mules udah bener2 nguras tenaga, di sisi lain mata berat karna ngantuk.. (CATET lagi, kalo melahirkan, sebisa mungkin TIDUR pas bukaan2 awal. jangan kayak aku, malah facebook-an dan sms-an. jadilah ngantuknya pas bukaan 5 ke atas, padahal saat itu udah ga bisa tidur lagi karna mules yang terus2an dateng). Ibu mulai panik. Dzaky juga. Apalagi pas aku bergumam lemah, "Bun, tanyain bidannya dong, ada epidural ga di sini? itu buat penghilang sakit.."
kalo melahirkan sering dibilang ibarat hidup dan mati, beneran lohhh.. di fase bukaan 6-7-8 ini sempet kepikiran kalo bentar lagi nyawa bakal copot dari badan (padahal mah, sakaratul maut bakal lebih berat yaa dari ini, Ya Allah..).
rasanya campur aduuuk banget. kepikiran bakal meninggal tapi belom pesen ke Dzaky buat cari donor ASI buat si bocah.. belom balikin buku2 pinjeman.. belom bayar utang pulsa.. belom pesen ke Dzaky buat ga merit lagi (ha ha ha, sempet2nya aja gw mikir kayak begituan). tenaga udah kekuras gara2 nahan sakit. jadilah aku cuma terkapar di ranjang.

20:00   : kembali periksa dalam. Bukaan 8-9. Di sini, aku udah diminta stay  di ruang bersalin. ga boleh lagi balik ke kamar (ya eyalahhh.. disuruh balik juga aku gak mau, wong nafas aja sulit apalagi jalan!). Alhasil Dzaky, yang dari dulu udah mohon2 buat ga dipaksa nemenin bersalin, kejebak di dalem ruang bersalin. he he he. Sebenernya sih kalo mau kabur, bisa aja, tinggal keluar, toh aku ga bakal bertenaga buat nahan tangannya supaya ga pergi. Tapi berhubung istri tercintanya ini udah terlihat lemah lunglai (CATAT: aku ga teriak ato ngejerit2 heboh cem di sinetron2 itu SAMA SEKALI), lesu, pucet, ngantuk, berantakan, de el el, Dzaky pun tetap ada di sisi, bahkan sibuk pijet2 tangan, bacain Qur'an, ngajak dzikir, bisikin kata2 sabar dan semangat, nawarin teh manis anget, sampe nyuapin air putih perlahan (Ah, I love you, Bhiwa.. I really do..).
di fase ini, rasa yang dominan satu: pengen ngeden. pengeen banget, tapi setauku (baca dari google, hehe), ga boleh ngeden sampe bukaan 10. kalo ngeden duluan ntar bisa robek. ngeri bet ya? tapi emang rasa mau ngedennya itu ga bisa ditahan.. alhasil badan makin lemes, lemes, dan lemes..

21:00      : Sudah bukaan 9. Bu Bidan minta aku untuk banyak minum supaya ada tenaga. Disuruh pipis tapi aku ga kepingin (ya eyalaahh, udah kesaru kali sama mulesnya!). Sampe akhirnya dipasang kateter, teus perawatnya komentar, "Banyak gini Bu, pipisnya.. masa' ga kepengen.." hueee..berhubung badan udah lemes, sebodo ah.. cuma kedengeran sayup2 aja tuh suara perawat. hehe.
Rasa pengen ngeden makin dahsyat. air mata netes lagi. cuma bisa mandangin Dzaky yang tetep sibuk bacain ayat-ayat Qur'an: mulai dari yang kedengeran jelas buatku (karna masih konsen) sampe yang bener2 ga bisa aku tangkep (karna udah ga konsen..). berulang perawat keluar-masuk, aku cuma bisa bertanya lemah, "Bu.., saya kepingin ngeden nih.. kapan cek bukaan lagi?"

21:30      : Sempurna bukaan 10. 1 bidan dan 2 perawat pun masuk. "peralatan perang" disiapkan. aku udah ga konsen lagi dan ga mikir apalah yang mau mereka perbuat. aku cuma kepingin ngeluarin rasa ngeden iniiii..
Sampe akhirnya bidan kasih instruksi, kalo mulesnya dateng, segera ambil posisi, terus ngeden aja.

Mules pertama dateng, aku ngeden. Gagal. bayi belom keluar, ketuban belum pecah.
Mules kedua, aku ngeden lagi. ketuban belum pecah tapi udah terdesak sampe ujung. Dzaky disuruh ngeliat langsung si ketuban itu.
Mules kedua, kembali ngeden. akhirnya ketuban dipecahin sama bidan. breeeeessssss... langsung berasa air rembes ga keruan. basah. anget. buaaaanyaak bangeeet..
Lucunya, pasca pecah ketuban, mulesku malah ilang.. dan dengan damainya aku tidur.. CATET, aku TIDUR.. di bukaan 10. hua ha ha.. rasanya enak banget akhirnya bisa tidur.. Dan perawatnya kaget ngeliat aku tidur, "Wah si Ibunya tiiduurr.. Ayo buu, sedikit lagi.. bentar lagi tidur ya buu, keluarin dulu dedeknya.." Heee, maafin Ummi ya, Qil.. waktu itu udah ngantuk berat soalnya..
Mules ketiga, kembali ngeden. rasanya udah sekuat tenaga, tapi ternyata belum cukup kuat. kepala si bocah cuma keluar sedikit, keliatan rambutnya (kata Bu Bidan), tapi kembali masuk

terus terus trial ngeden, sampe akhirnyaa... kreeek kreeek terdengarlah bunyi gunting bekerja.
Oukey, aku dgunting.. tapi berhubung udah mules berat, ga berasa deh guntingannya (beneran loh..)
Setelah digunting, aku diminta ngeden lagi. kali ini, mules ga mules, kudu ngeden karna bayi udah kejepit di jalan lahir.. akhirnya setelah ngeden sekuat jiwa dengan disemangati 4 orang (3 tenaga medis, 1 suami), tepat pulu 23:07 waktu depok, keluarlah si pipi kemerahan kami yang cerdas nan shalihah ini...


hihi, ini bukan foto baru lahir ya ibu-ibu.. ini sekitar usia 3 pekan

''Aqilla Humairaa Shalihah
 bb: 3 kg
pb : 48 cm

Huaahhh.. rasanya legaaa sekali ketika 'Aqilla sudah keluar. perut berasa kosong bangeeet.. 
tapi yang paling pol adalah saat, untuk pertama kalinya, 'Aqilla ditaruh di dada buat IMD, skin to skin contact. MasyaAllah.. rasanya ga bisa dibicarakan.. aku cuma bisa ngomong AllahuAkbar.. AllahuAkbar.. terus menerus..
Alhamdulillaah saat pertama kali menatap mata mungilnya, kami langsung berucap, "Assalamu'alaykum, Shalihah.."
dan ga lama Dzaky pun mengadzani, sembari aku yang ikut berucap lirih, "Yaa Bunayya, laa tusyriq billaah.. laa tusyriq billaah.."
Ooh.. that was a very sweet moment for us.. aku dan Dzaky berkaca-kaca, sedang si kecil tertidur dengan damainya di dada sang Ummi. 
Ah, kami sudah jadi orangtua..

Selepasnya, 'Aqilla diambil kembali karena pendarahanku ga kunjung berhenti. Sempet panik juga tuh, karna dikasih obat ga berhenti, diinfus juga. baru pas infusan kedua, darah mulai berkurang. tapi tetep ajaa, ngeliat kapas segitu banyak yang dihabisin buat ngebersihin darah, rasanya lemes badan ini.. 

Sesi selanjutnya adalah dijahit. Yap, berhubung tadi digunting, tentu harus dijahit lagi biar rapih. he he he.
Nah, kalo yang ini jangan ditanya dah sakitnya. BUANGET! he he he.. soalnya 'Aqilla udah diambil ke ruang bayi, jadilah aku ga punya pengalih atensi... aku mulai protes2 sakit pas di sesi ini nih. sampe bidannya bilang,
"Udah bu, liatin suami nya ajaa.." huuu, ga ngilang tau sakitnya! Aku maunya anakkuuu.. hehehe.

jahit menjahit usai pukul setengah dua belas malam. aku langsung dianter ke kamar pake kursi roda (plus botol infus). sampe di kamar langsung rebahan. Dan ga bisa tidur. he he he.
Apalagi pas perawat masuk dan bawa 'Aqilla, terus naruh di sebelah aku. satu kasur.
huaaaaa... I just don't want missed any single moment with her

jadilan semalaman itu aku sibuk mandangin 'Aqilla. masih antara percaya ga percaya kalo aku sudah melahirkan. sudah punya anak. sudah jadi ibu. Ya Allah, indahnyaaa...

Dan berakhirlah kisah kedatangan 'Aqilla Humairaa Shalihah di 24 September 2010 itu..

Allah, jadikan kami sebaik-baik kebijakan dalam membimbing jemarinya di dunia ini.
Amiin. Allahumma amiiin..



 

It's when three worlds collide..



"Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami, isteri-isteri kami dan keturunan kami, sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa."
(QS Al-Furqaan: 74)


...Dan kalian lah separuh agama ku, penjaga ketha'atanku...

Welcoming our baby girl..

Alhamdulillaah..


di tengah-tengah curi waktu pas si kecil lagi bobo, saya mau mengumumkan kabar bahagia pada semuaanyaaa..




telah Allah sempurnakan kebahagiaan keluarga kami, melalui hadirnya putri pertama keluarga Hanif:


'Aqilla Humairaa Shalihah

Via persalinan normal. @ Rumah Bersalin Depok Jaya. Jum'at, 24 September 2010. Pukul 22:07.
bb: 3kg. pb: 48cm


Mohon do'anya yaa, agar si Pipi Kemerahan kami mampu menjadi pribadi yang berakal lagi cinta kepada Rabbnya..


'Aqilla, Selamat datang di Keluarga Cahaya, Sayang...

^______^



Surat cinta untukmu, Nak.. ; dari calon ibumu..


Malam ini, Nak,
Ummi kembali terpaku. terdiam. tak tahu harus berkata apa.

Tiga puluh delapan minggu. Ya, telah tiga puluh delapan minggu semenjak kau hadir mewangikan rahiim ini. Telah tiga puluh delapan minggu semenjak Ummi dan Abi menatap takjub pada 2 garis yang menandakan kehadiranmu. Tiga puluh delapan minggu yang menegangkan: Aksi Century, Mual, Hilang nafsu makan, Flek, Bedrest. Tiga puluh delapan minggu yang menakjubkan: haru biru, air mata bahagia, harap, cita-cita, do'a.

Tiga puluh delapan minggu berlalu, Ah, Nak, Ummi selalu merasa terlalu lambat mengikuti perkembanganmu..

Malam ini kembali Ummi terdiam, Sayang.
mencoba menyapamu dengan batin. mengusik ketenangan tidur dan mimpi indahmu untuk sekedar berucap: "Ummi takut, Nak.. Ya, Ummi sungguh takut.."

Bagaimana tidak?

Waktu Ummi hanya sedikit.
tak lama kan kau hirup sendiri dunia ini dengan nafasmu, dengan paru-parumu.
padahal belum sempurna Ummi membiasakanmu dengan tilawah Qur'an, belum lengkap pula Abi melafazkan do'a-do'a indah untukmu. belum. Dan waktu itu tak terasa telah habis.

Ah, Nak, Ummi takut, sebab waktu Ummi sungguh sangat sedikit.
Sejejak setelahnya, kau 'kan tumbuh semakin besar. mulai tengkurap, merangkak, hingga mampu berpijak untuk segera berjalan dan berlari.
padahal belum paripurna Ummi mengajarimu untuk mencintai Allah melebihi apapun yang ada di dunia dan hatimu, belum cergas Ummi menanamkan kasih sayang serta cinta sesama, mungkin pula belum usai Abi membantu mu menghafal surat-surat pendek dan Iqra. Ah, sayang, bahkan mungkin Ummi belum sempat menyemai hati bersihmu dengan nilai-nilai Illahiyah: untuk berikrar diri hidup dan mati hanya di dalam jalanNya.

kau lihat kan? waktu Ummi sungguh sedikit.
hingga tanpa terasa kau sudah besar. tak mau lagi Ummi sisiri. tak senang lagi Ummi suapi. Ah, mungkin kau pun tak terbiasa lagi dengan dongeng malam yang dibacakan Abi, serta kecup sayang dari kami.
dunia luar pun bergegas mencerabutmu jauh dari kami. Sebab kau punya hidup sendiri. dan kau berhak untuk itu.
Padahal, Nak, masih jauh dari kesempurnaan Ummi meletupkan semangatmu akan cintaNya. Belum bisa pula Ummi membuatmu merindukan akhirat. Belum cukup Ummi mengajakmu menaruh dunia di tangan, bukan hati.

Waktu Ummi sungguh sangat sedikit..
padahal tagihanNya abadi: "Wahai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.." (Q.S. 66:6)

tetapi apa? Ummi belum berbuat banyak, sedang waktu telah mendidikmu lebih banyak dari yang Ummi mampu..

Sedari ini, maafkan Ummi, sayang, jika kelak ada hati yang tidak sabar, lisan yang tergesa-gesa, pun laku yang menyakiti.
Ah, sungguh memilikimu adalah anugerah sempurna yang sungguh berat:
menggores kertas putih dengan pelangi Illahi..

Do'akan Ummi, Sayang, agar mampu mendidikmu dengan cinta,mencintai tanpa syarat, membesarkanmu dengan kasih sayang. Bukan.. bukan agar kau patuh dan tunduk pada Ummi dan Abi. bukan pula agar di hari tua kami nanti, engkau kan berbalas budi.

Tetapi untuk menjadikanmu pejuang agamaNya yang sejati. Menjadi hamba yang berbakti. Melebihi apa yang dapat kami lakukan saat ini..

Lahir dan mencintailah, Nak!
Tunjukkan pada dunia bahwa generasi harapan itu telah tiba!
Generasi yang mampu memenangkan bisikan syaithan, jauh di bawah dekapan taqwa..


Nafas yang tak pernah henti mencintaimu,
Ummi.


P.s. ini surat yang saya ikutkan di lomba menulis "Surat Untukmu, Nak.. dari Calon Ibumu.." Mohon tidak diplagiat ya.. :)

surat cinta untukmu,Nak.. dari calon ibumu..

Aku menuliskan ini bahkan ketika aku belum dapat memastikan seperti apa
sosok ayahmu..
Namun kujanjikan kepadamu, Nak, aku mendoa siang malam agar Allah menganugerahimu ayah terbaik bagi dunia dan akhiratmu. 

Ayah dengan hati lembut, yang senyum penuh kasihnya buncah setiap
memandangmu. 

Ayah dengan tubuh kuat, yang sanggup mengajarimu berpeluh
demi umat. 

Ayah dengan cita-cita besar, yang menanamkan ridha Allah
sebagai tujuan utama keluarga kita..
lengkapnya, buka link ini ya..
http://azkamadihah.wordpress.com/2010/09/06/lomba-surat-untukmu-nak-dari-calon-ibumuayahmu/#comments 

Persiapan yang musti dibawa beberapa minggu ke depan!

Bismillaah..

35 Minggu. Yap, akhirnya Ummi dan Chiwa sampai pada tahap ini.. 6 minggu lagi! (ato lebih cepat, mungkin, hehe..)

Di pekan ke-35 ini, saya sudah rajin meng-googling macem-macem info tentang pra, persalinan, juga pasca. cuma senam hamil aja nih yang belom dilakuin *bandel.
Mudah-mudahan aja pas udah di ruang persalinan nanti, ga mati gaya di depan bidan cuma gara-gara belom tau posisi melahirkan yang baik dan benar. hehehe..

Untuk kali ini, saya ingin memberi info tentang berbagai macam "perkakas" yang kudu disiapin mulai pekan ke-36 nanti, untuk bersiap dibawa kapan aja si Chiwa mau keluar (weekend aja ya, Cantik.. pas Ummi libur kuliah, okey? ^_^)

Perlengkapan Ummi:

  • Dompet ( KTP, ATM, Uang Cash )
  • Al-Qur'an
  • Jilbab segitiga & jilbab bergo & daleman jilbab (kayaknya mah bergo aja ya, lebih simpel..)
  • Peniti & Bros
  • Hp berisi mp3 lagu & charger ( untuk ilangin stress, tegang, dll sebelum & sesudah melahirkan)
  • 1 gamis untuk pulang
  • 3 Baju ( blus ) / gamis) Kancing depan untuk menyusui
  • 3 Kain panjang / kain bentuk sarung (Better bentuk sarung biar dipakenya lebih gampang)
  • 3 Kimono ( jaga2 kalo ribet pake blus kancing depan & kain sarung )
  • 6 atau lebih Pakaian dalam
  • 2 Gurita ibu
  • Kaos kaki ( jaga2 kalo kedinginan )
  • 2 atau 3 bra menyusui
  • Pembalut bersalin untuk darah nifas
  • Sandal Ungu untuk ke kamar mandi dan jalan-jalan
  • Hp & Charger ( buat SMS temen-temen kasih tau kabar bahagia...)
  • Cemilan & minuman
  • Perlengkapan Make up ( biar teteup cakep. Hihihi...)
  • Buku2 ato majalah ( untuk ngisi waktu luang )
  • Perlengkapan Mandi ( sabun, sikat gigi, odol, shampo, deodorant, colonge, handuk )
  • Baby oil
  • Body lotion

Perlengkapan Chiwa:
  • 2 pasang Baju newborn ( untuk pulang dari RS. Karena slama di RS, pake baju dari RS )
  • 2 Topi bayi
  • 2 pasang Sarung tangan bayi
  • 2 pasang Kaos kaki bayi
  • 2 Gurita bayi ( utk jaga2, walopun ada beberapa RS yang ga menganjurkan utk dipake )
  • 2 - 5 Diapers ( new born diapers ) / Cloth diaper
  • 2 helai Bedong bayi
  • Selimut yang ada topi nya ( untuk setelah pulang dari rumah sakit )

Perlengkapan Abi:
  • Dompet ( KTP, Uang Cash, ATM )
  • Camera Digital + Charger ato HandyCam + Charger
  • Peralatan Mandi ( Sabun, Shampo, Deodorant, Sikat gigi, Odol, Cukuran, handuk )
  • Baju ganti + Pakaian dalam
  • Sendal jepit
  • Cemilan & minuman
  • Hp & Charger
  • Al-Qur'an + Sarung + Sajadah

Hoo, nge-post ini membuat saya makin ga sabar bertemu Shalihat kami beberapa minggu lagi.
Ayo, Chiw.. kita banyak-banyak do'a ya.. see u in the next 5 weeks..  ^__^

Search

 

Followers

Rumah Bahagia ^__^ Copyright © 2011 | Tema diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger