Persiapan yang musti dibawa beberapa minggu ke depan!

Bismillaah..

35 Minggu. Yap, akhirnya Ummi dan Chiwa sampai pada tahap ini.. 6 minggu lagi! (ato lebih cepat, mungkin, hehe..)

Di pekan ke-35 ini, saya sudah rajin meng-googling macem-macem info tentang pra, persalinan, juga pasca. cuma senam hamil aja nih yang belom dilakuin *bandel.
Mudah-mudahan aja pas udah di ruang persalinan nanti, ga mati gaya di depan bidan cuma gara-gara belom tau posisi melahirkan yang baik dan benar. hehehe..

Untuk kali ini, saya ingin memberi info tentang berbagai macam "perkakas" yang kudu disiapin mulai pekan ke-36 nanti, untuk bersiap dibawa kapan aja si Chiwa mau keluar (weekend aja ya, Cantik.. pas Ummi libur kuliah, okey? ^_^)

Perlengkapan Ummi:

  • Dompet ( KTP, ATM, Uang Cash )
  • Al-Qur'an
  • Jilbab segitiga & jilbab bergo & daleman jilbab (kayaknya mah bergo aja ya, lebih simpel..)
  • Peniti & Bros
  • Hp berisi mp3 lagu & charger ( untuk ilangin stress, tegang, dll sebelum & sesudah melahirkan)
  • 1 gamis untuk pulang
  • 3 Baju ( blus ) / gamis) Kancing depan untuk menyusui
  • 3 Kain panjang / kain bentuk sarung (Better bentuk sarung biar dipakenya lebih gampang)
  • 3 Kimono ( jaga2 kalo ribet pake blus kancing depan & kain sarung )
  • 6 atau lebih Pakaian dalam
  • 2 Gurita ibu
  • Kaos kaki ( jaga2 kalo kedinginan )
  • 2 atau 3 bra menyusui
  • Pembalut bersalin untuk darah nifas
  • Sandal Ungu untuk ke kamar mandi dan jalan-jalan
  • Hp & Charger ( buat SMS temen-temen kasih tau kabar bahagia...)
  • Cemilan & minuman
  • Perlengkapan Make up ( biar teteup cakep. Hihihi...)
  • Buku2 ato majalah ( untuk ngisi waktu luang )
  • Perlengkapan Mandi ( sabun, sikat gigi, odol, shampo, deodorant, colonge, handuk )
  • Baby oil
  • Body lotion

Perlengkapan Chiwa:
  • 2 pasang Baju newborn ( untuk pulang dari RS. Karena slama di RS, pake baju dari RS )
  • 2 Topi bayi
  • 2 pasang Sarung tangan bayi
  • 2 pasang Kaos kaki bayi
  • 2 Gurita bayi ( utk jaga2, walopun ada beberapa RS yang ga menganjurkan utk dipake )
  • 2 - 5 Diapers ( new born diapers ) / Cloth diaper
  • 2 helai Bedong bayi
  • Selimut yang ada topi nya ( untuk setelah pulang dari rumah sakit )

Perlengkapan Abi:
  • Dompet ( KTP, Uang Cash, ATM )
  • Camera Digital + Charger ato HandyCam + Charger
  • Peralatan Mandi ( Sabun, Shampo, Deodorant, Sikat gigi, Odol, Cukuran, handuk )
  • Baju ganti + Pakaian dalam
  • Sendal jepit
  • Cemilan & minuman
  • Hp & Charger
  • Al-Qur'an + Sarung + Sajadah

Hoo, nge-post ini membuat saya makin ga sabar bertemu Shalihat kami beberapa minggu lagi.
Ayo, Chiw.. kita banyak-banyak do'a ya.. see u in the next 5 weeks..  ^__^

"Dasar, anak bodoh!" *Loh, siapa yang bodoh sebenarnya? -renunganbuatorangtua-



Bismillaah..

Pernah mendengar ucapan berikut ini,?

"Dasar, anak bodoh!"

atau,

"Ih, kamu, susah banget sih diajarin! Udah bolak-balik dijelasin, ga ngerti-ngerti juga!"

pun yang parah,

"Bego banget sih, kamu! Capek Mama ngajarin, percuma!"


Menghardik anak dengan hal-hal yang bisa mengerdilkan jiwanya.
Yap, Labelling, begitu istilah psikologi menyebutnya.

Fenomena ini unik, menurut saya.
Menyebut anak dengan stigma buruk, sepertinya sudah menjadi kebiasaan "awam" dari banyak orangtua negeri ini. Bahkan sedari si anak masih mungil! Ga percaya? Coba, saya tes, berapa kali pernah denger ada orangtua yang asyik menimang-nimang anaknya sembari berucap,
"Iiih.., anak jelek siapa sih iniiiii?"


Saya sih cuma bisa nyengir aja dengernya. Hwalah, anak sendiri kok dibilang jelek. he.. he.. he..

******************************

Well, kembali lagi ke hardikan "bodoh" pada anak.
Entah ya, ini berdasar perenungan sendiri selama 34 minggu kehamilan saya. Saya merasa sangat tidak adil dan berat sebelah ketika ada orang tua yang dengan mudahnya menyebut si anak dengan label "bodoh".

Bodoh itu biasanya berhubungan dengan intelegensi, maka anak yang nilai ulangannya buruk di sekolah, jadilah ia bodoh bagi orang tuanya.
Bodoh juga biasanya dihubungkan dengan keberhasilan. Maka anak yang gagal melakukan sesuatu, mudahlah si orang tua mencelanya dengan ucapan bodoh. Padahal belum tentu sesuatu yang ingin dicapai itu, benar-benar berasal dari kemauan si anak.
Biasa pula bodoh berkenaan dengan kepatuhan. Sehingga anak yang susah sekali diberi nasihat, sukar diberi masukan, ia lah anak yang bebal. Bodoh, lagi-lagi itu yang keluar dari lisan orang tuanya.

Sekali lagi, saya katakan, saya merasa bahwa hal tersebut tidak adil. sangat tidak adil.

Mengapa?
Sebab, tahukah orang tua, ketika kau menghubungkan bodoh itu dengan intelegensi, ketahuilah bahwa pembentukan sel otak terjadi selama si anak berada di empat minggu pertama kandungan Ibunya.
Maka kecerdasan itu bergantung pada asupan gizi dan nutrisi sang Ibu. Jika yang dikonsumsinya baik, cemerlang lah sel otak si anak.
Bukan.. bukan salah si anak jika cerdasnya tak melampaui ekspektasi orang tua.

Ketika kebodohan disandingkan dengan keberhasilan, renungilah bahwa si anak pun sejatinya tak menginginkan adanya kegagalan. Ketahuilah bahwa kegagalan itu memberikan kesedihan. Dan dengan orang tua yang sibuk menyebutnya, "bodoh". jadilah ia, sedih kuadrat.

Lalu, saat kebodohan diartikan dalam ketidakpatuhan, bukankah kita -orang tua- yang mendidiknya sedari kandungan? Bukankah lisan, laku, juga gerak-gerik kita yang kelak berkontribusi pada karakter si anak yang menjadi suka melawan dan membantah? Bukan kah kita -keluarga- yang seharusnya berperan porsi besar dalam pembentukan jiwa nya?

*******************************************************
"Dan hendaklah takut (kepada Allah), orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraannya).."
Q.S. An-Nisaa (4): 9


Maka (para) orang tua, jauh jauh jauh sebelum lisan mu mengecap sang sibiran tulang dengan stigma negatif yang mematikan jiwanya, sudahkah kau menunjuk dadamu dan bertanya,
"Sudahkah aku mendidik anakku dengan cintaNya?"

Ketika kau mengatakan bahwa itu karena Allah..

Ini tentang kisah. tentang cerita.
Ah ya, tak hanya satu. atau beberapa. tapi banyak.
juga bukan saja dari masa awwalun dahulu, melainkan juga kini.

Ini bisa tentang aku. tentang kamu. kalian. kita. siapa saja.

Ini tentang sebuah ketakjuban.
tentang sesuatu yang semestinya bisa kita sadari setiap saat. setiap jenak.

ini tentang sebuah frase syurgawi; ketika kau mengatakan, bahwa itu karena Allah.. 

Mari, mari. izinkan secarik ini berbagi... bismillaah.. 

*********************************************************************************

Ini kisah tentang seorang wanita shahilah lagi mu'minah. Siti Hajar namanya.
tentu, kita ingat bahwa dalam sejarah hidupnya, pernah ia ditinggal oleh sang suami, Ibrahim alaihimussalam.. 

begini, agaknya mesti saya hadirkan kembali ilustrasi peninggalan itu..

Di siang terik itu, kala melangkah kaki sesosok besar berwajah teduh. Subhanallah.. , santun nian tunduk kepalanya…

Beriring di belakang, seorang Ibu berwajah welas, bertutur asih. Berulang ia memandang sekitar. Menatap punggung suaminya. Menoleh pada wajah polos yang tengah pulas di pelukannya. Berulang: sekitar-punggung suami-si polos , dan lagi: si polos-sekitar-punggung suami.
Begitu, berulang-ulang.

Menataplah sang Ibu atas tanah tandus tak bertuan di sekeliling, kala ia, sosok besar berwajah teduh itu menghenti langkah.
Terkejut. Lelah. Tak mengerti.
Ah ya, belum usai letih perjalanan yang ia rasakan. Belum jua ia mampu berpikir jernih, sang lelaki mulai beranjak menjauh. Menjauh, meninggalkannya. Meninggalkan mereka.

Paraunya, “Yaa.. Ibrahim, apa yang kau lakukan dengan meninggalkan kami disini?”
Tidak menoleh! Suami tetap melangkah mantap. Mempercepat.

Sekitar disapu pandang, Allah.. apa-apa ini? Apa lagi kini? 

Tegas. Sedikit ia keraskan suara, “Yaa.. Ibrahim, apa yang kau lakukan dengan meninggalkan kami disini?”

Coba lihat, dengar, dan rasakan! Betapa parau itu mencabik-cabik hati sang lelaki. Hingga langkahnya pun melamban. Hatinya dilema, terbelah dua, Allahu Rabb.. aku tiada mengerti makna perintahMu ini.. sungguh pun… 

Tetapi ia, suami, tidak berhenti menjauh.
Di tengah kebingungan. Padang gersang tak bertuan. Tanah tandus tak beroase. Tiada penghidupan. Hampir-hampir tiada yang mampu menjadi sumber kehidupan.
Dalam kepanikan. Dalam kekhawatiran. Dalam kecemasan. Lihat, dengar, rasakan…

“Tunggu! Suami ku, adakah ini perintah Allah?”


Cukup. Hanya dengan dua kali panggilan berulang yang tak terjawab, keimanan kini mengambil alih. Menggubah kata tanya dalam serta merta. Hingga ia, sang suami pun tercekat. Berhenti ia. Memutar.
“Ya, duhai istriku… ini adalah perintah Allah..

Dan, ini adalah fragmen menyejarah favoritku.

Di tengah kebingungan. Dalam kepanikan. Dalam kekhawatiran. Dalam kecemasan. Dalam ketidakjelasan. Dalam letih yang menyesak-nyesak. Dalam buruk sangka yang bertambah-tambah.
Namun ikhlas itu,,
Mari-mari… lihat, dengar, rasakan…
“Jika ini adalah perintah Allah… maka sungguh ia tidak akan menyia-nyiakan kami!” 

Dan sang Ibu, Siti Hajar yang mulia, kembali pada tempat Ibrahim meninggalkannya semula. Kembali. Tanpa negosiasi apapun. Tanpa buruk sangka.
Ia hanya tau, bahwa Allah menyuruhnya begitu. Maka begitu..
Karena yang ia tau hanyalah bahwa Allah, bersama ku…

Itulah kisah pertama.
Siti Hajar, rela ia ditinggal. tanpa banyak tanya. hanya karena satu ucapan : ini perintah Allah. 

Maka sudah. bagi ia, urusannya hanya sampai situ. itu perintah Allah. Maka akan begitu. Maka baginya Lillaah.. , ini karena Allah..

Ia melompati batas kemanusiawiannya.

itulah satu contoh pembuktian frase syurgawi itu: ketika kau mengatakan, bahwa itu karena Allah..

**********************************************************************************
Lalu kisah satunya lagi. kali ini tentang seorang pemuda shalih, tampan, lagi beriman.Hanzhalah , begitu sejarah mencatat namanya. 

Hari itu adalah hari terindah dalam hidupnya: ia menikah!
Ya, baru saja ia menjemput seorang bidadari duniaNya melalui serangkaian akad yang agung.

Maka tentunya, malam itu akan menjadi malam paling indah dan berharga sepanjang umur sejak ia dilahirkan.

tapi nyatanya, uji keimanan pun datang.

Panggilan jihad itu memanggil. malam ini juga. semua telah bersiap. kuda-kuda. senjata. para pemuda. Rasulullah. semuanya.

Ah, kasian Hanzhalah, baru saja ia usai menunaikan "shadaqah" untuk pertama kalinya pada sang istri; seruan Rasulullah langsung bertalu. mengisyarat semua untuk bersiap. semua yang tiada memiliki rukhsah . semua, tanpa kecuali .

Allah..., bahkan ia belum sempat menjinabatkan hadats besarnya 

Bimbanglah ia tentu. bayangan shalihah yang baru saja dijemputnya tadi pagi menari-nari di pelupuk mata. bagaimanakah ia bisa meninggalkan seorang wanita yang baru saja berumur beberapa jam sebagai istrinya?

Namun, sebentar.. lihat, dengar, rasakan... 

keimanan mengambil alih. Hanzhalah berangkat. tanpa sempat berjinabat. dalam keadaan berhadats besar.

Ia hanya tau, bahwa Allah menyuruhnya begitu. Maka begitu..
Karena yang ia tau hanyalah bahwa Allah, bersama ku..

Dan benarlah Allah menggenapi janjiNya. Hanzhalah syahid. Dan karena jasadnya yang tak sempat bersuci, malaikat memandikannya.. 
Jadilah ia Hanzhalah: Lelaki yang syahidnya dimandikan oleh malaikat

Itulah kisah selanjutnya.
Hanzhalah, rela ia pergi dari kesenangan utama dunia. tanpa banyak keluh. hanya karena satu ucapan : ini perintah Allah. 

Maka sudah. bagi ia, urusannya hanya sampai situ. itu perintah Allah. Maka akan begitu.
Maka baginya Lillaah.. , ini karena Allah..

Ia melompati batas kemanusiawiannya.

Lagi-lagi contoh pembuktian frase syurgawi itu: ketika kau mengatakan, bahwa itu karena Allah..

***********************************************************************************

Ada kisah yang lebih kontemporer lagi.

tentang seorang ustadz yang sudah pergi mendahului kita, Rahmat Abdullah, namanya.

Ayuhai, siapa yang tak tahu kiprah beliau? aktivitas da'wahnya yang melangit, amanahnya yang melejit.; amanah dewan. amanah da'wah, amanah murid, amanah langit.
hampir-hampir tak pernah tercatat kata "istirahat" dalam rekam jejak hidupnya.

Namun siapa sangka di balik itu ia masih sempat meluang waktu untuk membuatkan teh bagi anak-anaknya?
atau pula sempat memberi nama panggilan sayang bagi istrinya?
atau menjadi orang pertama yang mengunjungi rumah baru seorang sahabat yang berjarak ratus meter dari rumahnya; rumah yang bahkan tetangga kanan kiri pun belum sempat bertandang ke sana?

Ia manusia. tentu ia lelah. tubunya lemah. 
mungkin di dadanya pernah terbesit keluh. peluh. kesah. 

tapi ia tetap bergerak. tetap melangkah. walau mungin telapak telah kapal. tumit telah berdarah.
tapi ia bergerak.. 

Ia hanya tau, bahwa Allah menyuruhnya begitu. Maka begitu..
Karena yang ia tau hanyalah bahwa Allah, bersama ku..

Maka bagi beliau, semua urusan ini hanya sesederhana itu!

Ia melompati batas kemanusiawiannya.

itu perintah Allah. Maka akan begitu.
Maka baginya Lillaah.. , ini karena Allah..

itulah pembuktian frase syurgawi baginya : ketika kau mengatakan, bahwa itu karena Allah..

*********************************************************************************

Mungkin juga sebuah kisah yang tak pernah terungkap pada kita. Ia tersembunyi. Allah yang menjaganya..

tentang seorang Bapak Tua, pengemudi becak yang tak kalah tua.

materinya miskin, namun hatinya kaya.

semumur hidupnya ia hanya mengenal 2 prinsip: Jangan menyakiti dan hati-hati memberi makan istri.

Maka pantang baginya mematok tarif bagi pelanggan. jika penumpang meminta lima ribu saja, akan ia beri jasanya senominal itu. jika pun penumpang meminta 2 ribu dengan trayek yang sama, ia tidak akan berkata tidak. jasanya akan ia beri untuk 2 ribu itu.

berhati-hati pun membuatnya amat cermat dalam menjemput jalur-jalur rizqinya. 
Bagi ia, si Bapak Tua itu, rizqi yang boleh ia suapkan ke perut istrinya, hanyalah dari peluh dan kapal tangan kakinya saja.

tentu bagi di mata kita, hidup si Bapak Tua tidak lah mudah. 
Namun bagi si bapak, hidup hanyalah sesederhana itu: memberi, berbagi, shabar, dan syukur 

Maka siapa sangka jika dibalik banting tulangnya menjemput rizqi, ia mampu menghafal Al-Qur'an dalam 7 qira'at ?
Maka siapa sangka bahwa dari rahim istri yang hanya ia hidupi dengan rizqi tangannya sendiri, terlahirlah beberapa anak yang cerdas. berpendidikan hingga melebihi sarjana. hapal al-qur'an semua pula. maka, siapa sangka?

Ia miskim materi. namun kaya hati.
baginya, hidup hanya sesederhana itu.

Allah menyuruhnya begitu. Maka begitu..
Karena yang ia tau hanyalah bahwa Allah, bersama ku..

Ia melompati batas kemanusiawiannya.

itu perintah Allah. Maka akan begitu.
Maka baginya Lillaah.. , ini karena Allah..

Dan lagi-lagi, sebuah kisah mengajari betapa tidak mudahnya konsekuensi yang seharusnya kita tunjukkan;
ketika kau mengatakan, bahwa itu karena Allah..

**********************************************************************************


Karena Allah.. ,
mengajari makna dalam keadaan apapun;
ringan atau berat
sedih atau sulit
lapang maupun sempit
suka pun tidak suka
mau apatah tak mau

yang utama hanyalah satu:
Allah menyuruh begitu. Maka begitu..

Karena Allah.. ,
betapa menakjubkannya ia!
membuat seorang Siti Hajar bersedia ditinggal di tanah tandus tak bertuan
membuat Hanzhalah rela memutus kenikmatannya beristrikan bidadari
membuat seorang Rahmat Abdullah tak banyak mengeluh walau banyak amanah menyambanginya
atau tentang si Bapak tua itu,
karena Allah mengajarinya untuk tak menjadi miskin hati..

Karena Allah.. ,
ia membuat kita mampu melewati batas-batas kemanusiawian!
hingga langkah rasanya sayang untuk surut.
hingga lidah pun seakan tertahan untuk mengucap keluh.




Dan hidup pun akan menjadi begitu sederhana!

untuk memaafkan. untuk memberi. untuk berbagi. menahan amarah. menghilangkan benci. untuk bekerja. untuk belajar. berda'wah. berjihad. untuk melakukan segala..

itu perintah Allah. Maka akan begitu.
Maka baginya Lillaah.. , ini karena Allah..

Dan ketika Ini adalah perintah Allah… maka sungguh sekali-kalipun Allah tidak akan menyia-nyiakannya..


Dan saat itulah syahadat kita terbukti: penghambaan, penyerahan diri sepenuh-penuhnya:
"Duhai Allah... Lillaah, ini adalah karenaMU sahaja.." 



Oktober keduapuluh lima itu..



Katakanlah saat itu kau dan aku, sama-sama punya banyak pilihan
Lalu tentang menikah ini, hanya menjadi salah satu pemikiran.

seperti kataku dan catatanku dulu,
kau memang tidak sama dengan lelaki pertama
yang tampan selayak Yusuf, tegap segagah Musa

kau pun tak seberbakat lelaki kedua,
yang pandai merangkai kata, menyisipkannya makna,
lalu membuatku merasa jadi wanita paling berharga sedunia

bahkan setelah menikah pun kurasa kau makin tak sama dengan kedua lelaki sebelumnya

kau hanya lelaki sederhana.
sesederhana datangmu tanpa membawa apa-apa.
sesederhana iman-mu merangkai kata cinta

kau hanya lelaki sederhana.
Namun itulah kesyukuranku yang besar kepadaNya.
karna aku tidaklah menikah dengan pria sempurna yang dapat hidup sendiri atas dirinya.

Kau lelaki sederhana.
Itulah mengapa kau butuh aku agar hidupmu sempurna.


Lalu di 3 bulan 7 hari ini, kita berjalan.
bergenggam tangan. berpeluk. tertawa.
Atau terkadang wajah menekuk. bibir mengerucut. menangis.


Dan kita saling banyak bercerita. bertukar peran.
membuka tabir-tabir atas diri. membiarkannya terbagi.

Dan kita pun makin sama tau,
betapa Allah mencipta kita dalam orbit yang sama sekali berbeda.
sangat tidak sama.


Kau bukan lelaki romantis, 
yang sering melayangkan kata-kata manis.
Bahkan saat ku berikan mu panggilan sayang,
kau hanya tersenyum. tak balas merespon pinta ku untuk buatkanku panggilan sayang yang sama.

kau memang bukan lelaki romantis.
hingga di masa-masa awal bahtera ini,
aku sering menangis sendiri. isak dalam hati.
karna ku pikir sikap "dingin"mu, 
mengisyaratkan makna tak sedalam kau mencintaiku,
sedalam ku mencintaimu..

Itu prasangka. Dan aku terlarut di dalamnya.


Lalu menjelang isya akhir ramadhan itu
ketika kau lihat aku yang lelah pulang kuliah.
selekasnya harus menyiapkan makan berbuka.
sayang, 'afwan, saat itu kupikir kau akan cuek seperti biasa.
tidak peka dengan tanda-tanda yang ada.

Tapi ketika tiba-tiba saja kau rengkuh aku untuk bersandar pada dirimu.
berbisik tanya lembut perihal kelelahanku.
kemudian menyilahkanku untuk tidur lebih dulu, dengan beberapa pekerjaan yang belum selesai.
aku terharu.
sungguh cinta , kau romantis.. sangat romantis..
hanya saja kau punya bahasa berbeda dengan mereka.. 
Dan caramu membahasakannya,
aku terharu... aku terharu..


Belakangan aku pun tau kau bukan tipe pria pemuji.
yang seringkali menyanjung sang istri.
tak pernah sekalipun kau menyebutku "cantik"
hingga aku pun kembali berprasangka.
aku tak cukup cantik untukmu , begitu pikirku.
Dan terkadang itu mengurai luka. seakan usahaku menghias diri bagimu tersia. 

Itu prasangka. dan aku terlarut di dalamnya.


Kemudian di bulan kedua pernikahan kita.
saat ku sambangi engkau di Bandung.
bersengaja mengenakan warna kerudung yang kuanggap terbaik. yang paling menarik.
untukmu. hanya untukmu.

Dan kau pun bertindak seperti biasa.
menyambutku di Salman dengan senyum dan salim tangan.
biasa saja. seakan tak kau sadari ada penampilanku yang berbeda.

Hingga tiba masa ku mengganti jilbab itu dengan yang lain.
tiba-tiba saja kau berucap, memintaku untuk tetap menggunakan warna yang itu.
saat itulah ku tau, dengan senyum tertahan :p, bahwasanya kau sedang mencoba mengatakan betapa cantiknya aku di mata mu.

cinta , kau bukannya tak pandai memuji.
hanya saja bahasa mu berbeda.. 
dan caramu memujiku, cinta.. 
aku terharu.. aku terharu..


Tahukan cinta? , aku bahkan sempat berburuk sangka atasmu.
ketika liburan kemarin-awal minggu pernikahan kita,
kau melarangku untuk datang ke Bandung.
Padahal jengah bagi ku untuk tetap di sini tanpa ada aktivitas penting untuk dilaku.

Apakah kau tidak suka bersamaku? , begitu pikirku dulu.

sampai dengan bersikeras aku mendatangimu.
datang dengan prasangka yang bertambah-tambah.

Lalu kau menyambutku, -lagi-lagi seperti biasa-, hanya dengan senyum dan salim tangan.
tak ada yang istimewa. seakan kedatanganku bukanlah hal yang kau tunggu.

Namun ketika senja menutup hari dan matahari mengucap salam perginya.
kau bawa ku mengitari malam.
dengan sengaja membuat waktu berjalan lambat.
menarikku dalam peluk untuk waktu yang lama.
berucap betapa kau menanti pertemuan ini.

Saat itulah ku tau cinta, 
kau senang ada bersama ku.
Dan kau rindu. sama seperti ku.
hanya saja kau punya bahasa yang berbeda.
Dan caramu mengatakan, betapa kau rindu aku;
cinta , aku terharu.. aku terharu.



aku pun sering cerewet mengucap banyak pinta,
Dan salah satunya adalah pergi ke Boscha.

kau tak pernah menggubrisnya.
membicarakannya pun tidak.
lagi-lagi responmu tak jauh dari tersenyum tiap aku meminta.
Lalu berkata bahwa untuk saat ini, kita belum bisa pergi ke sana.

Saat itu aku kesal. sangat.
karna bagiku, pintamu selalu jadi yang utama.
maka kognisi ku pun membuat ekspektasi bahwa kau kan perlakukan pintaku sama.

ku pikir kau tak peduli. 
untuk menyenangkanku, kau seakan tak ada intensi.
aku pun mulai membanding-banding.
atas mu dengan suami-suami yang lain.
mengapa kau begini, mengapa begitu. mengapa berbeda.

Hingga Allah yang menegurku lembut.
ketika datang waktunya aku pergi lagi ke kotamu.
kau tak mengajakku menginap di tempat biasa.
entah kemana, malam itu kau bawa ku membelah malam.
menyusuri jalan dan dingin malam.
hingga sampai di sebuah bukit.
bukit penuh bintang dan cahaya kota Bandung.

ketika itu kau memang tidak mengatakan inilah usahamu memenuhi inginku.
seperti biasa, respon mu hanya tersenyum. seraya menatapku yang sedang memandang langit bercahaya di atas kita. 

saat itulah ku tau cinta, 
kau memikirkan pintaku.
Dan kau memenuhinya.
Meski tidak sama, namun kau buatnya jauh lebih sempurna.
terimakasih cinta.. terimakasih..
aku terharu.. sungguh..


kemudian untuk 3 bulan 7 hari ini,
terkadang kita berebut kemudi, bertukar cubit, gelitik, lalu lari
juga menyemangati. berpegang erat. membiar rindu memeluk rindu. senyum mendekap senyum.
bersyukur atas satu rahmatNya, bahwa jarak jauh ini, justru membuat kita slalu ingin bertemu dalam kondisi terbaik.
Dan kita pun tertawa dengan tulus. merentang tangan menyambut pagi. Dan siap kembali menjala hari.
saling menyedia bahu untuk disandar. tangan untuk digenggam.

Untuk 3 bulan 7 hari ini,
tak jarang ego pun mengalahkan segalanya.
disuatu ketika,
saat suara kita tidak sedang sama dan bulat tak senada..
saat emosi meninggi dan kita tidak bernyanyi dalam satu melodi..
saat angkuh membuat kita tidak saling merengkuh..
saat duka membuat kita lupa bahwa kita juga pernah hidup dalam suka..
saat prasangka membuat kita jatuh kedalam lembah menerka-nerka..
Lalu kita menangis kesal. 
namun sejatinya tetap berpeluk erat. sebab sama tau hanya satu sama lainlah yang mampu menentramkan.

Dan hari ini,
bertambah satu angka usiamu.
telah kau insyafkan betapa aku menikahi manusia.
yang tak luput dari salah kata atau gaya.
aku pun tersadar dengan segala ekspektasi ku tentangmu.
bahwasanya aku pun belum menjadi istri sebaik itu.
meski telah kukerahkan segala cinta dan daya diri
tak pernah utuh aku menjadi istri
sebagaimana kau rasakan aibku di sana-sini

tapi hari ini bertambah satu angka usiamu,
dan tiada berharga yang bisa kuberikan 
selain do'a yang sebenarnya tiap hari kulantunkan
Do'a berisi banyak pinta.
namun ia rahasia. biar Allah sendiri yang menjaganya.
Lirihku pintaku padaNya yang tersembunyi.
biar.. biar ia menjadi sebaik-baik do'a..

bertambah satu angka umurmu, cinta.. 
bertambah pula hari kita menyusuri jalan kupu-kupu.
menjala langit. menanti pelangi.

Semoga Allah kekalkan ikatan ini, hingga kelak
masing-masing dari kita tak merasa perlu akan bidadari-bidadara syurga..
cukupkan dengan engkau saja..sang separuh jiwa...



Lalu teruntuk engkau, Ksatria ku, Ahmad Dzaky Hanif..
untuk keshabaran yang begitu besar, pengertian yang begitu luas, kelapangan yang rasa-rasanya tak pernah habis,
Jazakallah bil jannah... ,
semoga Allah haramkan dirimu dari api neraka atas kebahagiaan yang tak pernah habis kau curahkan..

Dan sayup-sayup,
mp3ku pun memutar lagu itu..

bagaimana..., bila akhirnya ku cinta kau, dari kekuranganmu.., hingga lebihmu... 


Sungguh,
aku mencintaimu..
Lillah.. Fillah.. karena Allah.. 






N.b., terimakasih untuk Salim A.Fillah, Bang Ivan Ahda, dan Teh Heggy Kearen's, atas notes kalian yang menginspirasi. izinkan saya mengutip beberapa kata. memparafrasekan beberapa makna. semoga ridha'... 

Search

 

Followers

Rumah Bahagia ^__^ Copyright © 2011 | Tema diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger