Ayo jadi Gadget Mother!

Gadget Mother, apa itu?
Apakah seorang Ibu yang punya smartphone keluaran terbaru? 
Apakah Ibu yang selalu membawa PC tablet kemana-mana? 
Apakah Ibu yang handphonenya dilengkapi dengan berbagai fitur nan lengkap dan aksesoris modern? 
Atau... Ibu yang selalu merevisi handphone nya tiap 3 bulan sekali? 


Anda pasti punye definisi tersendiri,
tapi bagi saya, Gadget Mother adalah Ibu yang mampu menguasai teknologi mobile miliknya. Bukan sebaliknya: dikuasai.


Sejujurnya, saya sering berkontemplasi, bagaimana ya rasanya jadi Ibu-Ibu di zaman dulu? Di saat teknologi belum secanggih sekarang. Di saat komunikasi (paling canggih), mungkin hanya sebatas berkirim surat, atau telepon. Juga masa ketika internet belum ada. Apalagi smartphone yang memungkinkan akses informasi 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam seminggu. Bagaimana ya rasanya?


Saya menjadi istri di usia 19 tahun. Menjadi Ibu di usia 20. Adakah pengalaman saya tentang berumah tangga? Untuk urusan istri, ya. Itu bisa saya dapatkan dari nasihat orangtua maupun orang sekitar. Tetapi jadi Ibu? Nol besar. Dimana ilmu dari berbagai buku parenting yang saya baca? Dimana teori-teori perkembangan yang saya pelajari di kuliah? Ketika anak sakit, tumbuh gigi, atau ruam popok, percayalah.. mereka tak banyak membantu.


Disanalah, teknologi mobile menjadi sahabat terbaik saya...


Menjadi Ibu adalah karir 24 jam penuh tanpa henti. Tidak ada cuti. Tidak ada jam kosong makan siang. Menjadi Ibu berarti merelakaan banyak waktu tidur di siang maupun malam. Menjadi Ibu adalah mandi secepat kilat, karena anak menangis saat ditinggal. Menjadi Ibu, adalah makan siang dengan kecepatan penuh sembari menatah anak bermain. Menjadi Ibu juga adalah mengangkat jemuran sembari menenteng buntalan 9kg yang ceria menarik-narik tiap baju yang ada di hadapannya.


Menjadi Ibu berarti, terampil melakukan banya pekerjaan dalam satu waktu


Buka laptop? Baru 10 menit buka, sudah ditarik-tarik kabelnya sama 'Aqila.
Menyalakan modem? Oh, anak saya SANGAT tertarik dengan kelap-kelip lampu modem. Dia selalu mengira bahwa modem adalah semacam snack makan siang.
Masih sempatkah berselancar di internet? Oke, sempat. Rekor terlama saya adalah 20-25 menit sehari.
Bagaimana dengan aktivitas blogging? Bisa! Asal dilakukan di atas jam 10 malam dan sebelum jam 7 pagi.


Padahal untuk saya, sebagai Ibu muda dan baru, akses informasi menjadi MUTLAK perlu! Melalui internet, saya bisa memeroleh banyak informasi tentang ibu dan anak. Saya bisa melalui tahapan baby blues saya dengan baik, karena internet memungkinkan saya bergabung di forum ibu-ibu untuk saling berbagi dan menguatkan. Saya berhasil memberi ASI eksklusif sembari kuliah juga dibantu oleh internet. Sebab dari sana saya mendapat info tentang cara penyimpanan ASI di freezer. Bahkan setelah lulus kuliah pun, internet membantu saya menyusun resep makanan pendamping ASI untuk 'Aqila saat usianya menginjak 6 bulan. Dan sebagai ibu rumah tangga, internet menjadi rekreasi tersendiri bagi saya, tanpa harus meninggalkan rumah dan anak.


Tapi, mengingat anak saya yang sudah mulai merangkak ke seluruh penjuru rumah, tentu tidak mudah bagi saya mengakses internet via laptop lagi. Smartphone lah menjadi salah satu solusinya.


Dengan smartphone, saya bisa melakukan browsing sembari mengikuti arah merangkak 'Aqila
Dengan smartphone, saya bisa mengobrol di forum tanpa harus melepaskan 'Aqila dari pengawasan
Dengan smartphone pula, saya bisa mengakses resep keluarga maupun makanan pendamping ASI bahkan sambil memasak di dapur!
Ah ya, smartphone juga memungkinkan saya menggendong 'Aqila sembari memasukkan tulisan di blog.
Dan 1 bulan yang lalu, smartphone juga yang membantu saya melalui masa menggigit 'Aqila saat giginya tumbuh untuk pertama kali.


Saya memang Ibu baru. Ibu muda. Sangat minim dalam segi pengalaman. Tapi saya punya kemauan besar untuk mencari tahu, bukankah selalu ada jalan di tiap kemauan? Bagi saya mungkin smartphone menjadi pilihan, tapi bukankah tanpa smartphone pun ada banyak jalan mengakses info saat ini? Melalui laptop, PC, ataupun handphone biasa, semua dapat dilakukan. Maka dalam pandangan saya, tidak ada alasan bagi Ibu di zaman ini untuk tidak bisa memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya.


Akan tetapi tentu, selalu ada pisau bermata dua di segala situasi. Kemudahan akses internet, social network, dan semacamnya tanpa disadari bisa membuat si Ibu "asyik sendiri". Ibu sibuk meng-update status di jejaring sosial, lalu mengabaikan hak anak atas waktu dan perhatian Ibunya.


Akibatnya? seringkali kita dengar anak mengeluh, "Ah, Mamah mah, fb-an melulu, Nih!
Lalu, ada dimana kita saat anak butuh teman curhat? butuh partner bermain?

Mudah-mudahan bukan saya. bukan Anda. bukan kita.


Maka jadilah gadget mother! Ibu yang bersemangat mencari informasi, tapi berhati-hati agat tak melenakan diri. Ibu. Ibu yang dapat mendayagunakan perangkat mobile di tangannya, tanpa adiksi terhadapnya. Ibu yang bijak dan cerdas dalam memilah kegiatan berinternet, sebab sadar akan tugas utamanya sebagai seorang Ibu. Ibu yang tahu teknologi tidak lain karena ingin selalu, selalu dan selalu memberikan yang terbaik bagi buah hatinya.


Ayo jadi Gadget Mother!


Ibu yang dapat menguasai teknologi di genggamannya, tanpa meletakkannya di hati..

¡Compártelo!

2 komentar:

Kiky

Assalamualaikum bunda Aqilla! :D
Salam kenal yaa :D

Dari blogwalking, nyasar ke sini.
Seru ceritanyaa :D

Setuju sayah sama postingan yang ini :D

Tedy Muslim Haq

Pantesan beli si Android...
Barakallah ya buat keluarga hanif...

Posting Komentar

Selamat datang di Keluarga Hanif!
terimakasih yaa sudah berkunjung.. :)

Search

 

Followers

Rumah Bahagia ^__^ Copyright © 2011 | Tema diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger