#3.8

Malam sudah larut, tapi Rei belum juga tidur. Matanya menatap layar laptop -satu satunya cahaya yang menerangi kamarnya-.

Klik! 
Suara notifikasi muncul. "Ah ya, pasti dia," Rei tetiba tersenyum tanpa bisa ditahan. Sesegera ia buka laman blog untuk membaca satu komen yang ditunggu-tunggunya.

Kebiasaan ini sudah hampir sebulan lamanya berjalan.

Entah kenapa untuk satu penanggap blognya ini, Rei susah menahan diri. Lupa dengan jam malam. Lupa dengan penanggap lain. Lupa dengan sekitar. Lupa untuk berhati-hati dengan hatinya. Untuk satu penanggap ini, Rei selalu girang bukan kepalang. Bahkan untuk satu baris sepele yang mungkin tak ada artinya. Buat Rei, setiap huruf yang muncul adalah semangat yang terpompa ke seluruh tubuhnya. Meski keesokan hari, ia dan si penanggap hanya bersitatap di persimpangan gedung saat pergantian kelas. Meski tak pernah ada konfirmasi tentang kejelasan maksud menanggapi.

Melakukan blogwalking ke sana? Tak perlu ditanya. Laman itu jadi salah satu tempat berkunjung favoritnya. Walau jarinya selalu berhenti di tengah tulisan, lalu lantas meng-klik discard untuk membatalkan komennya. Tidak. Rei tidak sampai hati untuk meninggalkan jejak di sana. "Ia cuma seorang Kakak," begitu Rei membatin berkali-kali. Kakak, tak kurang tak lebih. Kakak yang perhatian. Kakak yang tak segan menawari bantuan. Kakak yang selalu menyuruhnya pulang kampus sebelum jam malam. Kakak yang seringkali menambahkan, "Dik" di akhir kalimat sapanya. Kakak yang begini. Kakak yang begitu.
 

Rei mengambil nafas dalam-dalam. Masih tersenyum memandangi satu kotak kecil yang muncul tepat di bawah tulisannya. Malam sudah semakin larut, namun ia masih enggan untuk menyudahi urusannya.


Sampai dimana Rei dan ia?

Sesungguhnya tak pernah beranjak kemana-mana. Lelaki penanggap setia blognya ini hanya teman satu kampus yang tak sengaja bekerja di tempat yang sama. Jangankan jalan berdua, sekedar mengobrol tanpa ditemani pihak ketiga saja mereka tidak pernah. Tapi terkadang, sesekali meningkat ke percakapan YM. Atau bertanya tugas lewat sms. Terkadang lelaki ini menelepon sekedar bertanya Rei sedang apa, dimana, dengan siapa. Lebih dari itu? Tidak, Rei dan lelaki ini tidak pernah beranjak kemana-mana.  


Rei tidak sadar, ada yang menetes satu persatu.
Buat Rei, entah buat lelaki itu... 



-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------






¡Compártelo!

0 komentar:

Posting Komentar

Selamat datang di Keluarga Hanif!
terimakasih yaa sudah berkunjung.. :)

Search

 

Followers

Rumah Bahagia ^__^ Copyright © 2011 | Tema diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger