Tak perlu jauh ke Lirang..

Impian saya sejak SD adalah: jadi Guru.

Sampe kuliah, mimpi saya belum berubah. Hanya saja, frasenya bertambah:
jadi guru di pedalaman
bahkan ya, dulu itu saya bercita-cita bakal masuk ke pedalaman, ngajar anak-anak ga mampu disana.. terus nikah sama kepala suku biar satu suku itu masuk Islam semua. hehehe..
Kayaknya kalo gerakan Indonesia Mengajar udah ada pas tahun pertama jadi mahasiswa, mungkin saya ga akan memutuskan buat nikah saat kuliah.

Nah, setelah nikah, pekerjaan saya adalah: mahasiswa

Setelah 'Aqilla lahir: Mahasiswa tingkat akhir yang lagi ngerjain skripsi

Setelah skripsi: Ibu rumah tangga

Hehe.. Menikah itu memang bukan sekedar menyatukan status, tapi segalanya! fisik, mental, kebiasaan, sampaaaiii.. visi-misi.

Jadi sodara-sodara, suami saya adalah tipikal suami yang lebih senang istrinya di rumah. bukan masalah di rumahnya sih, tapi lebih ke full ngedidik anak. walaupun ART kami apik menjaga anak, dan TPA (Tempat Penitipan Anak) udah menjamur seantero Bandung, tetep aja suami prefer saya yang pegang penuh. Selain faktor ketidakpercayaan, memang tugas utama saya kan jadi Ibu, ya? Hehehe.. Itulah suami saya.

Saya? Awalnya setujuuu! Gimana nggak coba? jadi ibu rumah tangga kan waktunya luang banyak! hehehe.. Anak tidur, bisa nge-net. Ga perlu bangun subuh-subuh buat siap-siap ngantor.. ga perlu kena macet.. ga perlu mendamaikan hati yang kesel karena pulang saat si kecil udah lelap.. ga perlu banyak hal deh pokoknya! (dear working Mom, u're great :)


Jadilah saya menjalani pekerjaan mulia itu selama beberapa bulan pasca sidang skripsi. Tapi lambat laun, saya mulai gerah.. heee, bukannya saya bosen jaga anak loh yaa.. main sama 'Aqilla yang energinya ga abis-abis itu luar biasa menyenangkan! (Ouh, oke, minus adegan makanan tumpah dan nasi berhamburan dimana-mana). cumaa saya itu dari jaman masih muda (eh, sekarang juga masih kok! :p), udah kebiasaan kocar kacir kesana kesini.. jadi lah saya ngalamin yang namanya.. engg.. apa ya nyebutnya culture shock? apa marriage shock? hehehe.. pokoknya rasa kaget gitu dengan rutinitas yang berubah banyak.

Sampai akhirnya saya minta izin ke Dzaky buat kerja.. Dzaky ngijinin sih. Walau setengah hati, huihihi.. Bayangkan aja, pas saya minta izin ke 'Aqilla buat kerja, Dzaky nimpalin: "Iya, Qilla.. Bunda nya mau kerja biar bisa belanja muluuu.." Aih, jadi ga enak kan ketahuan motivasi aslinya. wkwkwkw..

Setelah izin keluar (iye, masih setengah hati!), mulailah saya searching lowongan.. Singkatnya, saya berhasil sampe tahap wawancara. tapi belum rizqi. Saya coba kirim ke beberapa perusahaan, belum juga ada panggilan. tiba-tiba aja saya diminta tolong buat ngajar PAUD (pre-school gitu..) di daerah Cipaganti. PAUD ini sifatnya pro-bono (coba googling aja yak, artinya apa. hehehe..). tadinya saya cuma jadi guru bantu, tapiii.. tiba-tiba aja guru utamanya mundur karna ga punya cukup waktu. jadilah saya: guru utama, sekaligus guru bantu sekalian pembuat kurikulum dan kegiatan.

Jadi, aktivitas saya sekarang adalah ngajar PAUD tiap Senin-Rabu-Jumat pukul 09:00-11:00.
Dzaky gimana? Wah, dia mah lebih seneng saya kerja yang pro-bono-an gini.
'Aqilla? apalagi, soalnya dia bisa ikut! bahkan boleh masuk kelas selama saya ngajaaar! Dzaky senengnya dobel tuh: Saya tetep bisa pegang 'Aqilla full.
Saya? Senang! karena akhirnya bisa punya aktivitas di luar rumah seperti dulu.. in the name of self-actualization, mari ramai-ramai kita salahkan Bapak Maslow untuk hal ini, hihihi

Allah itu memang unik yaa dalam mengabulkan do'a..
keinginan yang saya rapal bertahun-tahun lalu ternyata dikabulkan justru di saat saya sudah tidak berani memimpikannya lagi.
Saya memang tidak menyusuri kecipak rawa dan lebatnya hutan di pedalaman. Saya tetap disini bersama para jantung hati saya.
Tetapi di tempat yang sama pula, Allah pertemukan saya dengan 60 pasang mata bening yang selalu berbinar di tiap Senin-Rabu-Jumat itu.
juga belasan senyum Ibu-Ibu yang semangatnya menyala tiap mengantar anak-anak mereka.
serta tangan-tangan kecil yang berebut memasukka uang -seadanya dan semaunya- ke dalam kencleng hijau kecil di sudut ruang.
di tiap pasang mata, senyum, dan uluran itu saya tahu, ada harap yang bertumpuk pada PAUD sederhana ini: memberikan bentuk pendidikan yang lebih baik untuk anak-anak mereka

Tahukah kawan, bahagia itu adalah sebuah senyawa yang unik. Tidak ada rumusan zat maupun molekul yang bisa menafsirkannya. bahagia bisa datang dari pintu-pintu yang tidak terduga. seperti sekarang ini: jika beberapa bulan yang lalu saya sedang bahagia dengan angan gaji berdigit tujuh di salah satu tempat yang nyaris menerima saya; sekarang ia menjelma dari senyum nakal murid-murid di pagi hari.

dan tahukah? bahagianya lebih berlipat! puasnya lebih berpangkat!

Sepotong roti yang engkau makan di suatu sudut
Segelas air putih dingin yang engkau minum dari mata air
Kamar bersih tempat engkau menenangkan dirimu
Isteri patuh yang membuat engkau puas dengan melihatnya
Anak perempuan kecil yang dikaruniakan kesehatan
Rizqi yang tidak kau sangka-sangka sumbernya

Allah menetapkanmu menjadi seorang da'i
Di suatu masjid terpencil untuk menghilangkan kerusakan
...
Adalah lebih baik daripada waktu yang engkau habiskan di istana-istana megah
(Muhammad Shalih Al Munajjid)


Tak perlu jauh ke Lirang, do'a saya sudah bertemu dengan takdirNya di langit.
Allah itu Maha Baik.. di segala cuaca kehidupan kita.. :')

¡Compártelo!

0 komentar:

Posting Komentar

Selamat datang di Keluarga Hanif!
terimakasih yaa sudah berkunjung.. :)

Search

 

Followers

Rumah Bahagia ^__^ Copyright © 2011 | Tema diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger