Saya telah mengenal lelaki ini hampir sembilan tahun lamanya.
Dimulai dari Sekolah Menengah Pertama saya di 30. Tingkat 3 tepatnya, sebab saat itulah takdirNya dan nilai rapot mendudukkan kami di kelas yang sama. kelas unggulan (katanya, hehe..).
dia bukan sesiapa saat kami masih berstatus "anak baru" SMP.
Ah, saat sudah sekelas pun dia masih belum sesiapa. hanya saja, jabatannya sebagai Ketua Kelas, dan saya (dengan takdirNya pula) sebagai Bendahara, terkadang membuat saya harus bersinggung kalimat dengannya. Entah membicarakan anggaran kelas, kesepakatan iuran kas, entah persiapan lomba menghias kelas menyambut hari kemerdekaan.
Saat itu, saya cukup tau namanya. nama lengkapnya. dimana tempat tinggalnya. kelakukan-kelakuannya di kelas. juga sedikit nilai-nilai ujiannya :)
Cakrawala saya tentang lelaki itu mulai bertambah saat saya-dan dia- masuk SMA -yangsamatentunya-.
saya dan dia bertemu di ruang OSIS, juga di sela rapat gabungan rohis.
Belakangan saya jadi tahu lebih banyak,
tentang caranya berbicara. pola pikirnya. juga sedikit kuat-lemahnya.
Hmm, belakangan saya pun jadi lebih sering melihatnya.
entah serius di belakang berkas LPJ dan sebotol tinta cap OSIS,
entah berkerut di hadapan khalayak syuraa' rohis rutinan,
entah wibawa memimpin barisan anak-anak baru yang ramai dengan atribut MOS mereka.
serius-berkerut-wibawa?
Ah ya, si Lelaki itu, memang begitu ia adanya.
Rasanya seperti baru saja semuanya berlalu. SMP: Kelas 1... 2... dan 3 sampai beranjak SMA: kelas X... XI.. dan XII
Rasanya baru kemarin semua itu berlalu,
dan tahu-tahu saja Allah menakdirkan kami duduk semeja di hadapan Ayahanda 18 Juli 2009 yang lalu.
Ya, belum banyak yang saya ketahui tentang nya: si Lelaki ini.
hanya bertambah seputar kondisi keluarganya, keuangannya, visi-misi, serta beberapa mimpi besarnya yang Lelaki itu ingin capai dengan saya.
Ah, Lelaki itu..
selepas akad diucap dan kami mulai hidup bersama, belakangan saya tahu bahwa saya belum mengenalnya sama sekali!
kami sungguh berbeda -entahkenapa- hampir dalam segala hal.
saya tipikal acak-abstrak, sedang Lelaki itu sungguh-sungguh teratur-konkrit.
saya senang dengan konsep besaaaaarr sehingga tak jarang membuat saya melayang, lupa dengan pelaksanaan.
Lelaki itu? dia konseptor sekaligus eksekutor yang apik sungguh.
saya senang bermain dengan kata. menyelam dalam kalimat. tenggelam dalam makna.
Lelaki itu tidak. ia senang matematika. ~_~
Jika kemudian saya menyenangi hal-hal romantis. kejutan-kejutan kecil yang manis. ataupun sekadar panggilan sayang,
maka buat Lelaki itu, membuat kejutan, romantis, atau panggilan sayang adalah bukan keahliannya. dan sungguh-sungguh bukan keahliannya.
saya ekspresif! saya bisa tertawa terbahak-bahak; juga menangis meraung-raung dalam titik-titik ekstrim saya. saya senang bercerita -bercerita apa saja tentang yang terlintas: kuliah pagi tadi, kejadian di jalan, atau sekadar berita di koran.
Lelaki itu beda, dalam polar emosi nya saja ia masih bisa tenang. seumur 9 tahun kebersamaan ini, saya hanya pernah melihatnya menangis beberapa kali. itu pun dalam kondisi tangisan saya sudah bukan ada lagi. tapi dahsyat. badai. hehe.
saya juga senang menunggu, Bagi saya, menunggu itu berarti waktu tambahan untuk menikmati sekitar, juga cukup untuk bertilawah walau hanya sebentar.
Buat si Lelaki, menunggu berarti menaikkan emosi nya ke titik didih puncak *hahay!
Allah nyatanya memang mencipta kami dalam orbit yang berbeda.
apa yang dia suka, bisa dipastikan tidak saya suka.
begitu juga dengan apa yang saya suka, aha! ternyata dia benci itu setengah jiwa.
Bersama ia, Lelaki itu, saya seakan naik turun gunung, menelusur hutan rimbun, kemah di lembah, menggantang asap di kaki langit, terkadang juga terasa seperti mencacah satu-satu butir pasir di pantai.
Berbeda. hingga saat ini pun saya masih tertakjub dengan perbedaan-perbedaan lain yang baru saya temukan belakangan ini. saya dan dia berbeda. sungguh beda.
Ah Allah, cara MU mengambilku dari rusuknya memang sungguh manis..
karna dalam perbedaan itu pula kami belajar untuk tetap berpegang erat.
ada kalanya saya yang harus memelankan laju, ada pula saatnya ia yang harus berpelan jalan.
tentu, terlebih sering kami sama-sama berlari untuk saling menyeimbangi.
Ah Allah, cara MU mengambilku dari rusuknya memang sungguh manis..
sebab dalam perbedaan itu pula saya temukan cinta. pengertian. kasih. kebersamaan. hangat. berapatan. air mata. usapan. bahu. tawa. canda. ceria.
hingga menjelmalah hari-hari saya menjadi bahagia.
saya dan dia -Lelaki itu- berbeda sungguh.
tapi didalamnya pula kami larutkan cinta seluruh. biar ia meluap-ruah hingga membuat semua itu hanya terpersepsi indah. indah. indah. indah.
Ah, Sayang, dengan apa kita namai ini; kesejiwaan?
Ada dua sungai besar yang bertemu dan bermuara di laut yang satu; itu kesamaan...
Ada panas dan dingin yang bertemu untuk mencapai kehangatan.. itu keseimbangan...
Ada hujan lebat berjumpa tanah subur. lalu tumbuh taman; itu kegenapan
Tapi satu hal tetap sama...
Mereka cocok karena bersama bertasbih memuji Alloh
Seperti segala sesuatu yang di langit & bumi
Ruku' pada keagunganNya
Dan...
"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?"
-ROHIS 34 2009-
(taken from here)
5 komentar:
ya ampun cinta... ternyata... jadi malu :"> (apakah yang membuat saya malu hayo?? :D)
barakallah selalu ya sayang...
semoga bisa tetanggaan di surga Allah kelak :)
wah keren banget nih bunda... salam kenal... barakallah ya, semoga bisa langgeng hingga ke Syurga kelak, aminnn :)
Mantab dech..good luck kuisnya ya
Assalamulaikum..
Salam kenal Bunda...
Barakallah..semoga keluarga selalu sakinah
@Nesya: :)
@Mba Herien, Ibu Dzaky Fai, Oemitha BunAff: baarakallah untuk keluarga mba juga yaa.. aku izin masukin link blognya.. :)
Posting Komentar
Selamat datang di Keluarga Hanif!
terimakasih yaa sudah berkunjung.. :)