Katakanlah saat itu kau dan aku, sama-sama punya banyak pilihan
Lalu tentang menikah ini, hanya menjadi salah satu pemikiran.
seperti kataku dan catatanku dulu,
kau memang tidak sama dengan lelaki pertama
yang tampan selayak Yusuf, tegap segagah Musa
kau pun tak seberbakat lelaki kedua,
yang pandai merangkai kata, menyisipkannya makna,
lalu membuatku merasa jadi wanita paling berharga sedunia
bahkan setelah menikah pun kurasa kau makin tak sama dengan kedua lelaki sebelumnya
kau hanya lelaki sederhana.
sesederhana datangmu tanpa membawa apa-apa.
sesederhana iman-mu merangkai kata cinta
kau hanya lelaki sederhana.
Namun itulah kesyukuranku yang besar kepadaNya.
karna aku tidaklah menikah dengan pria sempurna yang dapat hidup sendiri atas dirinya.
Kau lelaki sederhana.
Itulah mengapa kau butuh aku agar hidupmu sempurna.
Lalu di 3 bulan 7 hari ini, kita berjalan.
bergenggam tangan. berpeluk. tertawa.
Atau terkadang wajah menekuk. bibir mengerucut. menangis.
Dan kita saling banyak bercerita. bertukar peran.
membuka tabir-tabir atas diri. membiarkannya terbagi.
Dan kita pun makin sama tau,
betapa Allah mencipta kita dalam orbit yang sama sekali berbeda.
sangat tidak sama.
Kau bukan lelaki romantis,
yang sering melayangkan kata-kata manis.
Bahkan saat ku berikan mu panggilan sayang,
kau hanya tersenyum. tak balas merespon pinta ku untuk buatkanku panggilan sayang yang sama.
kau memang bukan lelaki romantis.
hingga di masa-masa awal bahtera ini,
aku sering menangis sendiri. isak dalam hati.
karna ku pikir sikap "dingin"mu,
mengisyaratkan makna tak sedalam kau mencintaiku,
sedalam ku mencintaimu..
Itu prasangka. Dan aku terlarut di dalamnya.
Lalu menjelang isya akhir ramadhan itu
ketika kau lihat aku yang lelah pulang kuliah.
selekasnya harus menyiapkan makan berbuka.
sayang, 'afwan, saat itu kupikir kau akan cuek seperti biasa.
tidak peka dengan tanda-tanda yang ada.
Tapi ketika tiba-tiba saja kau rengkuh aku untuk bersandar pada dirimu.
berbisik tanya lembut perihal kelelahanku.
kemudian menyilahkanku untuk tidur lebih dulu, dengan beberapa pekerjaan yang belum selesai.
aku terharu.
sungguh cinta , kau romantis.. sangat romantis..
hanya saja kau punya bahasa berbeda dengan mereka..
Dan caramu membahasakannya,
aku terharu... aku terharu..
Belakangan aku pun tau kau bukan tipe pria pemuji.
yang seringkali menyanjung sang istri.
tak pernah sekalipun kau menyebutku "cantik"
hingga aku pun kembali berprasangka.
aku tak cukup cantik untukmu , begitu pikirku.
Dan terkadang itu mengurai luka. seakan usahaku menghias diri bagimu tersia.
Itu prasangka. dan aku terlarut di dalamnya.
Kemudian di bulan kedua pernikahan kita.
saat ku sambangi engkau di Bandung.
bersengaja mengenakan warna kerudung yang kuanggap terbaik. yang paling menarik.
untukmu. hanya untukmu.
Dan kau pun bertindak seperti biasa.
menyambutku di Salman dengan senyum dan salim tangan.
biasa saja. seakan tak kau sadari ada penampilanku yang berbeda.
Hingga tiba masa ku mengganti jilbab itu dengan yang lain.
tiba-tiba saja kau berucap, memintaku untuk tetap menggunakan warna yang itu.
saat itulah ku tau, dengan senyum tertahan :p, bahwasanya kau sedang mencoba mengatakan betapa cantiknya aku di mata mu.
cinta , kau bukannya tak pandai memuji.
hanya saja bahasa mu berbeda..
dan caramu memujiku, cinta..
aku terharu.. aku terharu..
Tahukan cinta? , aku bahkan sempat berburuk sangka atasmu.
ketika liburan kemarin-awal minggu pernikahan kita,
kau melarangku untuk datang ke Bandung.
Padahal jengah bagi ku untuk tetap di sini tanpa ada aktivitas penting untuk dilaku.
Apakah kau tidak suka bersamaku? , begitu pikirku dulu.
sampai dengan bersikeras aku mendatangimu.
datang dengan prasangka yang bertambah-tambah.
Lalu kau menyambutku, -lagi-lagi seperti biasa-, hanya dengan senyum dan salim tangan.
tak ada yang istimewa. seakan kedatanganku bukanlah hal yang kau tunggu.
Namun ketika senja menutup hari dan matahari mengucap salam perginya.
kau bawa ku mengitari malam.
dengan sengaja membuat waktu berjalan lambat.
menarikku dalam peluk untuk waktu yang lama.
berucap betapa kau menanti pertemuan ini.
Saat itulah ku tau cinta,
kau senang ada bersama ku.
Dan kau rindu. sama seperti ku.
hanya saja kau punya bahasa yang berbeda.
Dan caramu mengatakan, betapa kau rindu aku;
cinta , aku terharu.. aku terharu.
aku pun sering cerewet mengucap banyak pinta,
Dan salah satunya adalah pergi ke Boscha.
kau tak pernah menggubrisnya.
membicarakannya pun tidak.
lagi-lagi responmu tak jauh dari tersenyum tiap aku meminta.
Lalu berkata bahwa untuk saat ini, kita belum bisa pergi ke sana.
Saat itu aku kesal. sangat.
karna bagiku, pintamu selalu jadi yang utama.
maka kognisi ku pun membuat ekspektasi bahwa kau kan perlakukan pintaku sama.
ku pikir kau tak peduli.
untuk menyenangkanku, kau seakan tak ada intensi.
aku pun mulai membanding-banding.
atas mu dengan suami-suami yang lain.
mengapa kau begini, mengapa begitu. mengapa berbeda.
Hingga Allah yang menegurku lembut.
ketika datang waktunya aku pergi lagi ke kotamu.
kau tak mengajakku menginap di tempat biasa.
entah kemana, malam itu kau bawa ku membelah malam.
menyusuri jalan dan dingin malam.
hingga sampai di sebuah bukit.
bukit penuh bintang dan cahaya kota Bandung.
ketika itu kau memang tidak mengatakan inilah usahamu memenuhi inginku.
seperti biasa, respon mu hanya tersenyum. seraya menatapku yang sedang memandang langit bercahaya di atas kita.
saat itulah ku tau cinta,
kau memikirkan pintaku.
Dan kau memenuhinya.
Meski tidak sama, namun kau buatnya jauh lebih sempurna.
terimakasih cinta.. terimakasih..
aku terharu.. sungguh..
kemudian untuk 3 bulan 7 hari ini,
terkadang kita berebut kemudi, bertukar cubit, gelitik, lalu lari
juga menyemangati. berpegang erat. membiar rindu memeluk rindu. senyum mendekap senyum.
bersyukur atas satu rahmatNya, bahwa jarak jauh ini, justru membuat kita slalu ingin bertemu dalam kondisi terbaik.
Dan kita pun tertawa dengan tulus. merentang tangan menyambut pagi. Dan siap kembali menjala hari.
saling menyedia bahu untuk disandar. tangan untuk digenggam.
Untuk 3 bulan 7 hari ini,
tak jarang ego pun mengalahkan segalanya.
disuatu ketika,
saat suara kita tidak sedang sama dan bulat tak senada..
saat emosi meninggi dan kita tidak bernyanyi dalam satu melodi..
saat angkuh membuat kita tidak saling merengkuh..
saat duka membuat kita lupa bahwa kita juga pernah hidup dalam suka..
saat prasangka membuat kita jatuh kedalam lembah menerka-nerka..
Lalu kita menangis kesal.
namun sejatinya tetap berpeluk erat. sebab sama tau hanya satu sama lainlah yang mampu menentramkan.
Dan hari ini,
bertambah satu angka usiamu.
telah kau insyafkan betapa aku menikahi manusia.
yang tak luput dari salah kata atau gaya.
aku pun tersadar dengan segala ekspektasi ku tentangmu.
bahwasanya aku pun belum menjadi istri sebaik itu.
meski telah kukerahkan segala cinta dan daya diri
tak pernah utuh aku menjadi istri
sebagaimana kau rasakan aibku di sana-sini
tapi hari ini bertambah satu angka usiamu,
dan tiada berharga yang bisa kuberikan
selain do'a yang sebenarnya tiap hari kulantunkan
Do'a berisi banyak pinta.
namun ia rahasia. biar Allah sendiri yang menjaganya.
Lirihku pintaku padaNya yang tersembunyi.
biar.. biar ia menjadi sebaik-baik do'a..
bertambah satu angka umurmu, cinta..
bertambah pula hari kita menyusuri jalan kupu-kupu.
menjala langit. menanti pelangi.
Semoga Allah kekalkan ikatan ini, hingga kelak
masing-masing dari kita tak merasa perlu akan bidadari-bidadara syurga..
cukupkan dengan engkau saja..sang separuh jiwa...
Lalu teruntuk engkau, Ksatria ku, Ahmad Dzaky Hanif..
untuk keshabaran yang begitu besar, pengertian yang begitu luas, kelapangan yang rasa-rasanya tak pernah habis,
Jazakallah bil jannah... ,
semoga Allah haramkan dirimu dari api neraka atas kebahagiaan yang tak pernah habis kau curahkan..
mp3ku pun memutar lagu itu..
bagaimana..., bila akhirnya ku cinta kau, dari kekuranganmu.., hingga lebihmu...
Sungguh,
aku mencintaimu..
Lillah.. Fillah.. karena Allah..
N.b., terimakasih untuk Salim A.Fillah, Bang Ivan Ahda, dan Teh Heggy Kearen's, atas notes kalian yang menginspirasi. izinkan saya mengutip beberapa kata. memparafrasekan beberapa makna. semoga ridha'...
0 komentar:
Posting Komentar
Selamat datang di Keluarga Hanif!
terimakasih yaa sudah berkunjung.. :)