"Dasar, anak bodoh!" *Loh, siapa yang bodoh sebenarnya? -renunganbuatorangtua-



Bismillaah..

Pernah mendengar ucapan berikut ini,?

"Dasar, anak bodoh!"

atau,

"Ih, kamu, susah banget sih diajarin! Udah bolak-balik dijelasin, ga ngerti-ngerti juga!"

pun yang parah,

"Bego banget sih, kamu! Capek Mama ngajarin, percuma!"


Menghardik anak dengan hal-hal yang bisa mengerdilkan jiwanya.
Yap, Labelling, begitu istilah psikologi menyebutnya.

Fenomena ini unik, menurut saya.
Menyebut anak dengan stigma buruk, sepertinya sudah menjadi kebiasaan "awam" dari banyak orangtua negeri ini. Bahkan sedari si anak masih mungil! Ga percaya? Coba, saya tes, berapa kali pernah denger ada orangtua yang asyik menimang-nimang anaknya sembari berucap,
"Iiih.., anak jelek siapa sih iniiiii?"


Saya sih cuma bisa nyengir aja dengernya. Hwalah, anak sendiri kok dibilang jelek. he.. he.. he..

******************************

Well, kembali lagi ke hardikan "bodoh" pada anak.
Entah ya, ini berdasar perenungan sendiri selama 34 minggu kehamilan saya. Saya merasa sangat tidak adil dan berat sebelah ketika ada orang tua yang dengan mudahnya menyebut si anak dengan label "bodoh".

Bodoh itu biasanya berhubungan dengan intelegensi, maka anak yang nilai ulangannya buruk di sekolah, jadilah ia bodoh bagi orang tuanya.
Bodoh juga biasanya dihubungkan dengan keberhasilan. Maka anak yang gagal melakukan sesuatu, mudahlah si orang tua mencelanya dengan ucapan bodoh. Padahal belum tentu sesuatu yang ingin dicapai itu, benar-benar berasal dari kemauan si anak.
Biasa pula bodoh berkenaan dengan kepatuhan. Sehingga anak yang susah sekali diberi nasihat, sukar diberi masukan, ia lah anak yang bebal. Bodoh, lagi-lagi itu yang keluar dari lisan orang tuanya.

Sekali lagi, saya katakan, saya merasa bahwa hal tersebut tidak adil. sangat tidak adil.

Mengapa?
Sebab, tahukah orang tua, ketika kau menghubungkan bodoh itu dengan intelegensi, ketahuilah bahwa pembentukan sel otak terjadi selama si anak berada di empat minggu pertama kandungan Ibunya.
Maka kecerdasan itu bergantung pada asupan gizi dan nutrisi sang Ibu. Jika yang dikonsumsinya baik, cemerlang lah sel otak si anak.
Bukan.. bukan salah si anak jika cerdasnya tak melampaui ekspektasi orang tua.

Ketika kebodohan disandingkan dengan keberhasilan, renungilah bahwa si anak pun sejatinya tak menginginkan adanya kegagalan. Ketahuilah bahwa kegagalan itu memberikan kesedihan. Dan dengan orang tua yang sibuk menyebutnya, "bodoh". jadilah ia, sedih kuadrat.

Lalu, saat kebodohan diartikan dalam ketidakpatuhan, bukankah kita -orang tua- yang mendidiknya sedari kandungan? Bukankah lisan, laku, juga gerak-gerik kita yang kelak berkontribusi pada karakter si anak yang menjadi suka melawan dan membantah? Bukan kah kita -keluarga- yang seharusnya berperan porsi besar dalam pembentukan jiwa nya?

*******************************************************
"Dan hendaklah takut (kepada Allah), orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraannya).."
Q.S. An-Nisaa (4): 9


Maka (para) orang tua, jauh jauh jauh sebelum lisan mu mengecap sang sibiran tulang dengan stigma negatif yang mematikan jiwanya, sudahkah kau menunjuk dadamu dan bertanya,
"Sudahkah aku mendidik anakku dengan cintaNya?"

¡Compártelo!

5 komentar:

Anonim

Selamat ya, Bu. Semoga tulisannya menginspirasi lebih banyak orangtua ... Terima kasih.

Anonim

tam,,, rindu kamu...
terimakasih semuanya...
ujay...
tami...
jayussss

ini si penyuka roti...

Anonim

lha kok gitu aja dipermasalahkan , katrok amat sih???, wong saya dididik dengan cara NAJIS yang bikin saya hampir gila oleh orang tua saya sendiri, dia bilang saya OTAK BABI, dia bilang "akan mencincang saya", dia bilang "MINGGAT SANA LEPAS PAKAIAN MILIK SAYA", dia "KASIH NAMA SAYA DENGAN NAMA ASAL-ASALAN" yg apabila orang dengar pertama kali PASTI "tertawa" DAN "nama YANG TERLALU PANJANG" biar susah kalo ngurus2 surat, dia panggil saya dengan "KOEN" dan suruh saya panggil dia dengan "PANJENENGAN", dia suka menyuruh saya melakukan sesuatu yang dia sendiri tak bisa melakukan, dan HAL HAL MENJIJIKKAN LAIN yang membuat saya menjadi manusia mental CACAT, seandainya tidak ada perintah "Tuhan" untuk menghormati Orang Tua, WAH WAH, sudah saya caci maki tuh ORTU bahkan kalo perlu saya BUNUH

Unknown

Ya kalo saya, telat dikit aja mandinnya sudah di bilang "kamu ini hewan atau manusia sih" wah kata-kata yang menjadi sarapan saya sebelum berangkat sekolah, terus kalo yg ku lakuin salah selalu yang dibilang "bodoh dipelihara" kalo gak pasti dah yg keluar "dasar goblok" tapi sudah lah, kalo gak ada "ALLAH" mungkin aku sudah keluar dari rumah ini tanpa di usir, atau bisa juga dengan bunuh diri masalah ini selesai

Anonim

Sabar bro sabar aku saya tau apa yang kamu rasakan... pemikiran kita hampir sama

Posting Komentar

Selamat datang di Keluarga Hanif!
terimakasih yaa sudah berkunjung.. :)

Search

 

Followers

Rumah Bahagia ^__^ Copyright © 2011 | Tema diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger