Tentang Kamu

Ya, ini tentang kamu. Kamu yang sedari dulu, gak pernah berubah. Bahkan sampai sekarang pun tidak.
Ini tentang kamu. Yang tidak pernah ku mengerti jalan pikirannya. Setidak mengerti aku saat beberapa tahun lalu, langkahmu mendekat lalu bertanya, "Jadi calon istri saya, ya?" Lihat, bahkan tanya mu pun bukan bentuk tanya. Ah ya, aku memang tidak pernah bisa mengerti utuh apa yang ada di kepalamu.

Tapi ini tentang kamu. Ya, kamu yang sedari dulu paham betul di mana rapuhku. Dimana titik lemahku. Mungkin disini yang salah, saat luka-luka itu kubagi denganmu. Lalu, -alih alih- aku yang sedih, malah empati kamu yang kelewat dalam. Mungkinkah itu alasanmu ketika itu, "Aku ingin jaga kamu dari semua kesakitan itu." Dan tahukah? Kamu gak ingkar janji. Kamu benar-benar menjagaku sampai detik ini.

Tentang kamu. Dan kesabaranmu. Bukankah aku yang lebih sering pergi? Juga yang paling sering berlari? Bahkan tak jarang menolak untuk menoleh ke belakang barang sesaat. Padahal aku tahu persis kamu jatuh. Kaki mu berdarah. Jalan mu terseok. Nggak, aku menolak lihat. menolak ingat. Bahkan seringnya marah ketika dengan semua luka berdebu itu, kamu tetap sampai mengejarku.

Hey kamu, yang namanya tercetak tebal di memori terdalam yang berkali ku kikis sedemikian rupa. Kamu yang gak pernah pergi dan tetap disini. Kamu yang gak bergerak sama sekali. Sudah berapa kali kamu ku angkat untuk kemudian ku jatuhkan kembali? Siklus yang ku kira cukup menyakitkan untuk membuatmu pergi. Tapi tidak, aku selalu gagal. Karena kamu tetap disana, dengan senyum-cengiran yang sama. Tahukah? belum ada yang mampu saingi sabarmu hingga kini.

Kamu, yang sedia merentang tangan seluasnya. "Go get it, Dek..," Bahkan dengan keadaan kamu tahu pasti, mungkin aku gak akan kembali. Tapi yakin mu selalu penuh. Membuatku tenang berlari kemana angin membawa. Untuk kemudian merasakan sengatnya panas mentari dan gigilnya hujan badai. Lalu pulang, dan kamu sedia di sana dengan selimut dan pelukan hangat. Di situ aku tahu pasti, "Kamu akan jadi seseorang untuk dunia-akhirat ku."

Untuk kamu yang menunggu entah berapa tahun. Dan implisitmu sering berkata, "I have died everyday, waiting for you.." Gak jera ya? Walaupun sering ku remehkan caramu memilihku. Gak ada kriteria. Gak ada prasyarat. Keyakinan, begitu katamu ya? Maka terimakasih, Cinta.. karena yakinmu yang membawaku pada keadaan maha membahagiakan saat ini.

Lalu kamu yang sering sekali ku uji coba batas kesabarannya. Berulang. Berulang. Berulang, hingga kini belum ada satupun kalimatmu yang ku kategorikan sebagai amarah. Tahu apa kesimpulan yang ku dapat? Sabarmu memang tak terbatas.

Kamu, lelaki yang ku terima dengan ridha sebagai imam, pemimpin, motivator, sekaligus navigator dunia akhirat-ku. Kamu, lelaki yang ku percaya untuk menjadi Ayah dari anak-anak ku. Kamu, lelaki yang ku sebut namanya dalam doa pagi-malam ku.

Kamu, Lelaki  yang tak pernah ingkar janji. Sepenggal bait yang kau kirim dulu, masih ingat?

I give you my world
I give you my heart
This is the battle we won
Till the day my life is through,
this I promise you..

Ah, Lelaki langit.. kamu gak pernah ingkar janji.. Ini memang pertempuran yang telah dan akan kita menangkan bersama. Untuk semua perjalanan ini: mentari, hujan, dan pelangi. Apa yang lebih indah selain tahu bahwa kamu selalu ada di sana? Menepuk bahuku untuk kemudian berkata, "Sudah cukup, Sayang.." dan memang hanya kamu yang bisa. Cuma kamu.


Lelaki Langit.. aku cinta kamu, sudahkah ku mengatakannya?



¡Compártelo!

0 komentar:

Posting Komentar

Selamat datang di Keluarga Hanif!
terimakasih yaa sudah berkunjung.. :)

Search

 

Followers

Rumah Bahagia ^__^ Copyright © 2011 | Tema diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger