Malam ini, Nak,
Ummi kembali terpaku. terdiam. tak tahu harus berkata apa.
Tiga puluh delapan minggu. Ya, telah tiga puluh delapan minggu semenjak kau hadir mewangikan rahiim ini. Telah tiga puluh delapan minggu semenjak Ummi dan Abi menatap takjub pada 2 garis yang menandakan kehadiranmu. Tiga puluh delapan minggu yang menegangkan: Aksi Century, Mual, Hilang nafsu makan, Flek, Bedrest. Tiga puluh delapan minggu yang menakjubkan: haru biru, air mata bahagia, harap, cita-cita, do'a.
Tiga puluh delapan minggu berlalu, Ah, Nak, Ummi selalu merasa terlalu lambat mengikuti perkembanganmu..
Malam ini kembali Ummi terdiam, Sayang.
mencoba menyapamu dengan batin. mengusik ketenangan tidur dan mimpi indahmu untuk sekedar berucap: "Ummi takut, Nak.. Ya, Ummi sungguh takut.."
Bagaimana tidak?
Waktu Ummi hanya sedikit.
tak lama kan kau hirup sendiri dunia ini dengan nafasmu, dengan paru-parumu.
padahal belum sempurna Ummi membiasakanmu dengan tilawah Qur'an, belum lengkap pula Abi melafazkan do'a-do'a indah untukmu. belum. Dan waktu itu tak terasa telah habis.
Ah, Nak, Ummi takut, sebab waktu Ummi sungguh sangat sedikit.
Sejejak setelahnya, kau 'kan tumbuh semakin besar. mulai tengkurap, merangkak, hingga mampu berpijak untuk segera berjalan dan berlari.
padahal belum paripurna Ummi mengajarimu untuk mencintai Allah melebihi apapun yang ada di dunia dan hatimu, belum cergas Ummi menanamkan kasih sayang serta cinta sesama, mungkin pula belum usai Abi membantu mu menghafal surat-surat pendek dan Iqra. Ah, sayang, bahkan mungkin Ummi belum sempat menyemai hati bersihmu dengan nilai-nilai Illahiyah: untuk berikrar diri hidup dan mati hanya di dalam jalanNya.
kau lihat kan? waktu Ummi sungguh sedikit.
hingga tanpa terasa kau sudah besar. tak mau lagi Ummi sisiri. tak senang lagi Ummi suapi. Ah, mungkin kau pun tak terbiasa lagi dengan dongeng malam yang dibacakan Abi, serta kecup sayang dari kami.
dunia luar pun bergegas mencerabutmu jauh dari kami. Sebab kau punya hidup sendiri. dan kau berhak untuk itu.
Padahal, Nak, masih jauh dari kesempurnaan Ummi meletupkan semangatmu akan cintaNya. Belum bisa pula Ummi membuatmu merindukan akhirat. Belum cukup Ummi mengajakmu menaruh dunia di tangan, bukan hati.
Waktu Ummi sungguh sangat sedikit..
padahal tagihanNya abadi: "Wahai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.." (Q.S. 66:6)
tetapi apa? Ummi belum berbuat banyak, sedang waktu telah mendidikmu lebih banyak dari yang Ummi mampu..
Sedari ini, maafkan Ummi, sayang, jika kelak ada hati yang tidak sabar, lisan yang tergesa-gesa, pun laku yang menyakiti.
Ah, sungguh memilikimu adalah anugerah sempurna yang sungguh berat:
menggores kertas putih dengan pelangi Illahi..
Do'akan Ummi, Sayang, agar mampu mendidikmu dengan cinta,mencintai tanpa syarat, membesarkanmu dengan kasih sayang. Bukan.. bukan agar kau patuh dan tunduk pada Ummi dan Abi. bukan pula agar di hari tua kami nanti, engkau kan berbalas budi.
Tetapi untuk menjadikanmu pejuang agamaNya yang sejati. Menjadi hamba yang berbakti. Melebihi apa yang dapat kami lakukan saat ini..
Lahir dan mencintailah, Nak!
Tunjukkan pada dunia bahwa generasi harapan itu telah tiba!
Generasi yang mampu memenangkan bisikan syaithan, jauh di bawah dekapan taqwa..
Nafas yang tak pernah henti mencintaimu,
Ummi.
Ummi kembali terpaku. terdiam. tak tahu harus berkata apa.
Tiga puluh delapan minggu. Ya, telah tiga puluh delapan minggu semenjak kau hadir mewangikan rahiim ini. Telah tiga puluh delapan minggu semenjak Ummi dan Abi menatap takjub pada 2 garis yang menandakan kehadiranmu. Tiga puluh delapan minggu yang menegangkan: Aksi Century, Mual, Hilang nafsu makan, Flek, Bedrest. Tiga puluh delapan minggu yang menakjubkan: haru biru, air mata bahagia, harap, cita-cita, do'a.
Tiga puluh delapan minggu berlalu, Ah, Nak, Ummi selalu merasa terlalu lambat mengikuti perkembanganmu..
Malam ini kembali Ummi terdiam, Sayang.
mencoba menyapamu dengan batin. mengusik ketenangan tidur dan mimpi indahmu untuk sekedar berucap: "Ummi takut, Nak.. Ya, Ummi sungguh takut.."
Bagaimana tidak?
Waktu Ummi hanya sedikit.
tak lama kan kau hirup sendiri dunia ini dengan nafasmu, dengan paru-parumu.
padahal belum sempurna Ummi membiasakanmu dengan tilawah Qur'an, belum lengkap pula Abi melafazkan do'a-do'a indah untukmu. belum. Dan waktu itu tak terasa telah habis.
Ah, Nak, Ummi takut, sebab waktu Ummi sungguh sangat sedikit.
Sejejak setelahnya, kau 'kan tumbuh semakin besar. mulai tengkurap, merangkak, hingga mampu berpijak untuk segera berjalan dan berlari.
padahal belum paripurna Ummi mengajarimu untuk mencintai Allah melebihi apapun yang ada di dunia dan hatimu, belum cergas Ummi menanamkan kasih sayang serta cinta sesama, mungkin pula belum usai Abi membantu mu menghafal surat-surat pendek dan Iqra. Ah, sayang, bahkan mungkin Ummi belum sempat menyemai hati bersihmu dengan nilai-nilai Illahiyah: untuk berikrar diri hidup dan mati hanya di dalam jalanNya.
kau lihat kan? waktu Ummi sungguh sedikit.
hingga tanpa terasa kau sudah besar. tak mau lagi Ummi sisiri. tak senang lagi Ummi suapi. Ah, mungkin kau pun tak terbiasa lagi dengan dongeng malam yang dibacakan Abi, serta kecup sayang dari kami.
dunia luar pun bergegas mencerabutmu jauh dari kami. Sebab kau punya hidup sendiri. dan kau berhak untuk itu.
Padahal, Nak, masih jauh dari kesempurnaan Ummi meletupkan semangatmu akan cintaNya. Belum bisa pula Ummi membuatmu merindukan akhirat. Belum cukup Ummi mengajakmu menaruh dunia di tangan, bukan hati.
Waktu Ummi sungguh sangat sedikit..
padahal tagihanNya abadi: "Wahai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.." (Q.S. 66:6)
tetapi apa? Ummi belum berbuat banyak, sedang waktu telah mendidikmu lebih banyak dari yang Ummi mampu..
Sedari ini, maafkan Ummi, sayang, jika kelak ada hati yang tidak sabar, lisan yang tergesa-gesa, pun laku yang menyakiti.
Ah, sungguh memilikimu adalah anugerah sempurna yang sungguh berat:
menggores kertas putih dengan pelangi Illahi..
Do'akan Ummi, Sayang, agar mampu mendidikmu dengan cinta,mencintai tanpa syarat, membesarkanmu dengan kasih sayang. Bukan.. bukan agar kau patuh dan tunduk pada Ummi dan Abi. bukan pula agar di hari tua kami nanti, engkau kan berbalas budi.
Tetapi untuk menjadikanmu pejuang agamaNya yang sejati. Menjadi hamba yang berbakti. Melebihi apa yang dapat kami lakukan saat ini..
Lahir dan mencintailah, Nak!
Tunjukkan pada dunia bahwa generasi harapan itu telah tiba!
Generasi yang mampu memenangkan bisikan syaithan, jauh di bawah dekapan taqwa..
Nafas yang tak pernah henti mencintaimu,
Ummi.
1 komentar:
saya sangat suka...
saya terharu dan meneteskan air mata...
semoga proses persalinanny nanti lancar ya Ummi...
nanti klo chiwa dah ngerti, pasti dia jg akan meneteskan air mata membaca surat ini....
Posting Komentar
Selamat datang di Keluarga Hanif!
terimakasih yaa sudah berkunjung.. :)