Menjadi Ibu

Bismillaah..


Yap, akhirnya saya bisa posting lagi ('Aqilla lagi bobok, jangan berisik yaa.. hihi..)

Satu bulan enam hari ini sungguh menakjubkan! Serius deh, jadi Ibu itu bukan untuk dibicarakan, tapi dirasakan. Dan bagaimana rasanya? LUAR BIASA! yap, sungguh-sungguh luar biasa.

Sejak menjadi Ibu, baru kali ini saya merasakan betapa saya mencintai seseorang melebihi diri saya sendiri. secara dalam, utuh, dan menyeluruh. Ya, rasa melindungi. memberi tiada henti. Rasa yang membuat saya was-was sepanjang masa untuk sekedar melongok 'Aqilla 5 menit sekali: memastikan ia nyaman dengan posisinya, sudah cukup kenyang meminum ASI, atau berada dalam keadaan popok yang kering.

Allah... saya benar-benar bahagia menjadi Ibu. :')

Bagaimana dengan baby blues? haha. jangan ditanya, itu sih manusiawi. Di tiga pekan pertama pasca 'Aqilla pulang ke rumah dan mulai bersama saya sepanjang hari di kamar, keluar lah lelah lelah dan terkuraslah tenaga itu. Mengganti popok. Menyusui. Terbangun tengah malam. Tangisan yang, maaf Nak, tidak saya pahami maksudnya apa.
Belum lagi berbagai tugas yang harus saya kejar karena sudah mendekati masuk kuliah.
Oh oh, saya lupa menyebutkan cucian baju yang menumpuk, rumah yang tak lagi terlihat rapi, kamar mandi yang belum disikat, dan dan dan lainnya..

baby blues? tentu. he he he.
Alhamdulillaah,saya punya suami yang begitu suportif. bahkan sejak awal kami masih di rumah sakit dan belum bisa menggendong sempurna si kecil (karena tangan yang masih diinfus, ba'da pendarahan). Aay terlebih dulu belajar menggendong, bahkan membedong 'Aqilla. Saat ASI saya belum keluar dan si kecil meraung-raung? Ia yang menyanyikan lagu hingga 'Aqilla tertidur.

Belum lagi Ibu dan Tante saya yang turut stay di rumah untuk pekan pertama. Membantu saya menggendong 'Aqilla saat menangis tengah malam. juga membantu menjemurnya di pagi hari.


Huah, beneran deh, social support tuh dibutuhin banget buat ibu-ibu pasca melahirkan. saya cukup ter-coping dengan kebaikan kebaikan mereka. Alhamdulillaah.. makasih ya semuanya..


Sekarang 'Aqilla sudah satu bulan lebih enam hari.
Saya masih punya jadwal kelas senin sampai kamis yang harus dihadiri,
juga badai UTS dan -nanti- UAS yang menerjang-nerjang di akhir tahun ini,
tugas pribadi maupun kelompok,
Dan (ah, hard to say this) proposal penelitian sosial yang sudah ibarat "anak kedua" saya yang mengaduk-aduk kognisi, afeksi, dan psikomotor (bikin gue keliling perpus, soalnya. hehehe).


Tapi Allah,
saya paham bahwa ini adalah pilihan.
Menikah muda dalam kondisi masih sama-sama kuliah, lalu punya anak dengan putusan tidak akan cuti.
Ya, ini adalah konsekuensi kami  saya.

Saya akui saya lelah. ketika malam terjaga, lalu paginya sudah harus membuka mata. menyusui, mandi secepat kilat, menggendong 'Aqilla sebentar, lalu segera berangkat ke kampus.
dan pulangnya, saya harus bertemu dengan ritme serupa: mengganti baju atau mandi (kadang bahkan ga sempet, hehe), menyusui 'Aqilla (Yeah.. she wakes up everytime I go home, now..), menidurkannya, lantas curi-curi waktu untuk mengerjakan tugas atau belajar (haha, yang terakhir mah bo'ong).


dan ini yang bikin saya rada "kehilangan": saya ga bisa lagi nulis blog kapan pun saya mauuuu.. huaaaa..
Ya, saya kehilangan banget sama me-time untuk urusan blog menge-blog ini. saya cinta menulis. dan saya suka katarsis melaluinya.


Tapi sekali lagi, ini konsekuensi. Seperti kalimat yang sering diucapkan Aay; bahwa tiap pilihan mengandung konsekuensi-konsekuensi. Dan tanggung jawab kita lah sebagai pengambil keputusan untuk menjalankan konsekuensi itu sebaik-baiknya. sehormat-hormatnya.

Ya, seperti Aay berkonsekuensi dengan cuti kuliah selama setahun, ini lah konsekuensi saya: kuliah, mengurus suami, dan anak.


Ya... saya cuma paham bahwa Allah tahu saya mampu. saya mampu. saya mampu.


but overall, semuanya jadi terasa menyenangkan loh makin kesini.. :)
pulang ke rumah disambut dengan tangisan 'Aqilla yang tiba-tiba terbangun padahal sebelumnya lagi pulas tidur.
tangisan tidak beraturan, memang. tapi entah kenapa, terdengar seperti: Bunda, Bunda, aku kangen! Sini peluk aku! di telinga saya. Membuat lelah lelah kuliah itu hilang dan tangan jadi ga sabar untuk segera meraihnya ke pelukan.


Ah, 'Aqilla. tiap gerakannya membawa bahagia tersendiri dalam hidup saya.
senyumnya, nyengirnya, tangisnya, bau susu-nya, ocehan-ocehannya, dan -nya -nya -nya lain yang ga terhitung banyaknya untuk diobservasi.

I do. I do. I do. I do love my baby....

Dan semuanya terbayar. impas. impas sudah. Letih dan capeknya ada, tetep berasa. tapi persepsi terhadapnya yang berubah menjadi begitu menyenangkan. saya cinta detik demi detik yang saya habiskan hanya dengan berbaring di sisinya yang sedang lelap. mendengar naik turun napasnya. juga mencium aroma tubuhnya yang wangi.

'Aqilla, Bunda mencintaimu selayak Bunda mencintai syurga, Nak..

Belakangan, ketika saya iseng membaca sebuah buku siang kemarin sembari menunggu 'Aqilla terbangun.
saya menemukan kalimat yang sungguh-sungguh merefleksikan perasaan saya pada 'Aqilla. utuh.

"Tahukah, Nak? Ketika seseorang menjadi Ibu, maka dia telah membagi-bagi sebagian jiwanya pada bayi-bayi mungil yang terlahir.. Bahagia atau sedihnya banyak tergantung padamu. Sebab jiwa seorang Ibu tak pernah utuh lagi sejak seorang makhluk kecil hadir dalam hidup mereka.."

Ah, mata saya basah sore itu. hati saya gerimis.. Allah.. ini sungguh bentuk cinta yang menakjubkan..

Lagi, saya lanjutkan membaca kalimat selanjutnya yang ditulis oleh Asma Nadia, begitu nama penulis buku Catatan Hati Bunda yang tengah saya nikmati sore lalu:

"Jangan salah, mereka berikan setengah nyawa bukan karena terpaksa., melainkan karena tak tahu lagi apa yang bisa diberikan untuk anugerah sebesar itu.."

Ya,
menjadi Ibu memang berarti harus bangun sedikit lebih awal dari biasanya.
tidur sedikit lebih larut dari yang dimau.
menikmati istirahat sedikit lebih cepat.

menjadi Ibu memang berarti harus mandi sedikit lebih cepat sebelum anak terbangun minta susu.
juga berarti sedikit lebih lihai dalam menata ulang agenda-agenda kehidupan. 
sedikit lebih cepat dalam melangkah pulang ke rumah.
sedikit lebih lapang saat harus bersendirian membuka mata di malam buta.

tapi sekali lagi, ini benar cinta yang menggetarkan..

jika dengan suami saja, saya terkadang pamrih dalam berbuat: memberi perhatian dengan harapan diberi perhatian serupa. Untuk 'Aqilla? hukum itu tak berlaku.

Sungguh tak pernah terlintas harapan akan imbalan atas semua kasih-sayang-cinta yang meluap-luap ini.
saya hanya ingin memberi-memberi-dan memberi. tanpa jeda. tanpa henti.




Ah, 'Aqilla, Bunda mencintaimu selayak Bunda mencintai syurga, Nak..

Allah, terimakasih. sungguh terimakasih atas anugerah tak berujung ini.
Dan kumohon, kumohon,
izinkan setiap wanita di muka bumi ini merasai ni'mat menjadi Ibu..
 







Depok,
31 Oktober 2010
di saat saya tersungkur dalam shalat menyadari bahwa hidup saya begitu dekaaaat dengan keni'matan;
sedang diri saya sungguh jauuuuuhhh dengan rasa syukur.

'Aqilla: Saat 24 September 2010 itu..

Bismillaah..

Proses persalinan. Yap! Finally, I have to write this. Bukan cuma karena tiap orang yang dateng jenguk pasti nanyain (sampe capek dah nyeritainnya. haha). Bukan juga karena si Abhiwa yang nyemangatin dengan bilang, "Ayo Dek, ditulis di blog. Pasti banyak deh yang komen!" *haha, gilakomenbangetdah.


Lebih dari itu, aku mau nulis lebih karena labor process is something wonderfully wonderful and amazingly amazing. Serius deh, melahirkan itu memang pengalaman luar biasa yang Allah sengaja desain buat para kaum hawa. khusus buat kaum hawa! :D

Okey,
semuanya di mulai pada minggu kehamilan ke-36.

Perut sudah mulai sering kencang. Bidan bilang, itu namanya kontraksi. Wajar, karena memang udah makin mendekati due date nya. Pokoknya jangan panik, selama jarak kontraksi nya masih hitungan jam, dan ga ada keluar air tiba-tiba (alias pecah ketuban), everything is OK.

Lalu dini hari itu (lupa minggu keberapa). Saat tahiyat tahajjud terakhir, tiba-tiba aja, serrrrrr.... ada yang ngalir tiba-tiba. Rasanya ngerembes gitu. dan lumayan banyak. Selesai ngelipet mukenah, aku langsung cek baju, dan bener aja, bagian belakang udah basah cukup banyak.

Spontan aku rada deg2an. Ini kah yang namanya pecah ketuban? tapi berhubung airnya udah ga keluar lagi dan perut pun ga nunjukkin tanda-tanda mulas dan sebangsanya, jadilah aku berusaha cuek dan kembali tidur. Sempet kepikiran sih mau bangunin Dzaky, tapi berhubung beliau semalam pulang larut dan terlihat lelah, sebagai istri (insyaalloh) shalihah (amiiiiinn), tak tega lah awak bangunkan dia. he he he

Paginya, baru aku cerita perihal air semalam...

aku      : "Bhiw, semalem masa' ada air yang ngalir-ngalir gitu pas aku sholat."
Dzaky  : "Nah loh, apaan tuh, Dhek? kamu kok ga bangunin aku langsung aja?"
aku      : "Heeee.. dibangunin juga palingan kamu tidur lagi."
Dzaky  : "Yeee, kalo kenapa-napa gimana coba?"
aku      : "Terus gimana dong?:
Dzaky  : "Ke bidan aja yuk."
aku      : (selalu senang diajak ke bidan karna berarti bakal USG) "Hayuk hayuk.. sekarang?"
Dzaky  : "Ya engga laahh.. kamu nyuci baju dulu sana!"
aku      : *gedubraaak! elah si Abhiwa.. luarannya doang panik ketuban pecah, teteup aja istri disuruh nyuci dulu. hahay! >.<

Singkat cerita, pagi itu kami ke bidan. Dan dengan suksesssss... disuruh pulang lagi..
Bidan bilang itu bukan air ketuban.. entah dah air apa. yang jelas, si bayi masih banyak jumlah ketubannya. So far, nothing to worry. Dokter nya malah dengan enteng bilang, "Udah ya bu, pulang aja deh, ngabisin kue lebaran aja di rumah!" wkwkwkwkw, oke deh dokterrr...

jadilah kami (aku, lebih tepatnya) dengan muka tengsin pulang lagi ke rumah. Tengsin kenapa? Jelaslahh, dari pekan ke-36 tuh aku udah bolak-balik dokter melulu (bukan pada jadwal yang seharusnya), cuma gara-gara dada sesaklah, tulang panggul nyeri lah, dan sepele-sepele lah lainnya. sampe bosen kalin ya itu para perawat n bidan di Depok Jaya. Heee, wajar aja kali yaa, kan aye belom pernah hamil, Bu Bidaaaan.. *defense mode on.

Nah, sekarang mari melompat ke tanggal 23 September.. fu fu fu =)

Alkisah, di periode itu, usia kandungan ku sudah masuk 38 pekan. Sejauh 38 pekan, belum ada tanda-tanda persalinan yang selama ini aku baca di "jurnal kedokterannya" dokter Google (ha ha ha..) macem keluar darah ato mules. Kontraksi sih udah mulai sering. kayak kenceng-kenceng gitu perutnya. tapi berhubung ga ada rasa sakit yang dirasa, jadilah aku masih berani wara-wiri di kampus.

itu pula yang terjadi di hari Kamis, 23 September lalu.
Pagi itu, kayak biasa, aku masih berangkat untuk kuliah Analisis Jabatan dan Pelatihan 2.
Bahkan sempet-sempetnya presentasi di kuliah pelatihan 2.
Pulangnya, masih sempet mojok dulu di labkom S2, nunggu Dzaky ngejemput.
Malemnyaaaa... kita berdua masih MUTERIN ITC Depok. dan sempet-sempetnya kita aku jalan kaki dari ITC sampe fly over ARH karna Dzaky kelupaan ninggalin helm ku di Priok. *dan mengingat saat itu berarti aku SUDAH bukaan 1 atau 2, ha ha ha.. baiknya suamikuuu.. :p

Sepulang dari ITC, aku menyadari there's something weird with my stomach.  Yap, entah kenapa perut ini kok berasa kenceng terus-terusan. dan jarak dari kenceng satu ke kenceng lainnya pun pendek. Biasanya kontraksi macem tu cuma satu atau dua jam sekali, ini udah 20 sampe 25 menit sekali. Akhirnya, sesampe di rumah, aku langsung telpon ke Depok Jaya. Nanya ini itu sama bidan. Bidan nyaranin untuk dibawa tidur dulu aja. kalo pagi nya masih kayak gitu, baru lah segera dateng ke Depok Jaya.

Jadi gimana? Ya nurut bidan lah! malem itu kita tidur dengan nyenyaknya! He he..
Maklum, capek berat gitu abis muterin ITC.. =p

Bangun pagi, sekitar jam setengah 7-an gitu, baru nyadar, ni kontraksi kok ga ngilang-ngilang ya?
Perutnya masih kenceng dengan jarak yang makin memendek. Dan ga lama... datanglah MULAS-MULAS itu.
Heee, sebenernya mah awalnya ga nyadar kalo itu yang dinamakan "mulas mau melahirkan".
Rasanya cuma nyeri sedikit, kayak mau dapet, tapi dengan intensitas yang lebih rendah.
Itupun cuma sebentar. Dateng, dan menghilang lagi.

aku      : "Bhiw, bhiw, masih kontraksi juga neh perutnyaa.."
Dzaky  : "Iya? Nah loh! Hayo loh, Dhek.. hayo lohh.. " *mintaditoyor
aku      : "Yahh, Abhiwa.. gimana dong, ke bidan ga nih?"
Dzaky  : "Ya udah yuk, ke Bidan aja,"
aku      : "Ntar kalo ternyata ga ada apa-apa lagi gimana? Kan tengsin ke sana mulu. *hahaha
Dzaky  : "Iya juga yak.." "Eh, masih kenceng ga tuh perut nya?"
aku      : "Masih, Bhiw.. nambah sering lagi."
Dzaky  : "Ya udah, ke Depok Jaya aja yuk"
aku      : "Ayuk, ayuk" (beringsut ke lemari mau ganti baju)
Dzaky  : "Eh Dhek,"
aku      : "Ya?"
Dzaky  : "Nyuci baju dulu gimana?"
aku      : ?#@^58*)>!

Tapi tenang aja sodara-sodara, berhubung sesaat setelah itu, mulas nya kembali datang, jadilah kami berangkat segera ke Rumah Bersalin Depok Jaya. Naik apa coba tebak? Naik Motor! Ya Alloh.., ampuni kami yang dzalim terhadap bukaan 1 dan 2 yang ternyata sudah berjalan saat itu.. 

Setibanya di Depok Jaya, as usual, aku ditensi dan timbang berat badan. Melihat muka ku yang udah ngeringis-ringis aneh, bidan nya nanya, "Udah mules-mules ya buu?
dengan santaynya aku malah jawab, "Heee, emang mules mau melahirkan tuh kayak gimana ya bu bidan?"

And then, aku dan Dzaky masuk ke ruang periksa. Berhubung udah ada keluhan kontraksi dan mulas sakit perut, jadilah aku musti periksa dalam. Begitu Bidan memulai prosesi periksa dalemnya, keningnya berkerut-kerut, mulutnya komat kamit:
"Engg.. tiga... empat.. tiga.. empat.."

Aku (di kasur periksa) dan Dzaky (di kursi pasien) sontak saling berpandangan (cieeeeee... *apasih?!),
Apaaan tuh tiga empat tiga empaaat?

Kelar periksa, Bu Bidan bertanya dengan entengnya,
"Bu, kesini bawa baju ga?"

Aku pun menjawab,
"Enggak, bu. emang buat apaan?"

Bu bidan tersenyum sembari berkata
"Ini udah bukaan 3 mau ke 4, bu. Jadi langsung ambil kamar aja yaa.. ga usah kemana-mana lagiii..."

Huaaaaaaaaa... what a shocking moment! BUKAAN 3, catet ituu! BUKAAN 3 dan kita berdua ga nyadar samsek. udah BUKAAN 3 dan kita masih sempetnya thawaf di ITC. udah BUKAAN 3 yang berarti gue bakal melahirkaaaaaannnn...

terkesan agak lebay sih, tapi itulah yang kita berdua rasaain saat itu.

Apalagi Bu Bidan langsung nambahin info yang helpful banget buat nambahin tingkat kecemasan kita:
"Bapak langsung pulang aja ya, ambil baju Ibu nya. Soalnya kalo lancar, insyaalloh 6 jam lagi lahiran nih.."


Okey, kembali lagi ke cerita.. aku dan Dzaky pun langsung masuk ke kamar Melur. Bidan nyuruh aku (yang waktu itu belom terlalu ngerasain sakit) untuk sarapan dulu. dan istirahat selagi bisa.

catet, selagi bisa.

Dudulnya, aku yang belum pernah ngelahirin dan lagi norak2nya bukaan 3, bukannya istirahat malah sibuk nyengir2 dan ledek2an sama Dzaky. bener nih udah bukaan 3? Nah loh, ayo loh, bentar lagi mau lahiraan.. Weeeww, kayak mimpi yaa kita udah bukaan 3 aja tau2?
dan berbagai ledekan ga penting lainnya.

Alhamdulillaah, masih inget buat baca Qur'an. Dzaky langsung nge-recite surat favorit kita selama hamil 'Aqilla: Surat Luqman.
Dan saat itu, sumpah, haruuuuu banget rasanya.. soalnya ini bakal jadi surat terakhir yang didenger si bocah dari dalem perut.. suara Dzaky jadi kayak berdengung-dengung gitu di sekeliling jiwa: Laa tusyriq billaah.. Laa tusyriq billaah.. Jangan sekali-kali sekutukan Ia dengan apapun jua, Ananda..
Hikkkss... Ya Allah.. kami akan segera jadi orangtua..

Then, these what happened that day..
13:30         : Periksa dalem lagi, bukaan nambah: 4 menuju 5. Aku masih bisa ketawa-tawa, bales sms orang2 yang kasih semangat (makasih banget yaaa yang udah ngirim SMS, terharu sangat loohh..). Pinggang sampe paha udah mulai nyeri tiap lima belas menit sekali. Cuma masih bisa jalan bolak-balik. masih bisa senyum.

15:30         : Periksa dalem lagi, udah bukaan 5 menuju 6. Di momen periksa ini, darah yang ditunggu2 akhirnya keluar (CATET yaa, ga semua bumil mesti keluar darah dulu baru bukaan. Serius, kalo udah mules n kontraksi mending langsung ke tempat bersalin terdekat deh!). Yaaap, si bidan ngacungin jarinya yang terbalut sarung tangan. merah. warnanya merah. itu darah aakuu.. dan karena aku takut darah, jadilah lemes sampe ujung kaki. di bukaan ini, aku masih bisa ketawa. sesekali. kebanyakan cuma ngeringkuk di kasur sambil megangin  ngeremes tangan Dzaky sampe putih. Sampe Dzaky takjub bertanya, "Ya Allah, Dhek.. rasa sakitmu kayak apaa? aku aja yang cuma diremes segini sakitnya.."

17:30        : Kembali periksa dalem. bukaan terus naik: 6 menuju 7. Alamaaak, ini dia peak moment-nyaaaa!! Mules melahirkan tuh bener2 beda. bukan kayak mules BAB. bukan kayak sakit perut kembung, maag, de el el.. rasanya kayak lagi dapet hari pertama terus ngelakuin outbond berpuluh kiloooo jauhnya. Suaaakiiiitt niann.. pinggang sampe kaki rasanya kayak mau rontoook.. Di sini aku cuma bisa ngedekem di atas kasur. pindah posisi tiap mulesnya dateng (udah tiap 5 menit sekali datengnya). nyoba dzikir, ngulang hafalan, remes2 tangan Dzaky, coba ngalihin prhatian dengan ngebayangin kalo bentar lagi bakal tatap muka sama bocah aktif yang selama 9 bulan ini bergerak riang di rahiim.. lumayan membantu sih, tapi yaa tetep aja. sakitnya itu lohh.. maknyuss.. huah, bener dah.. unforgettable moment banget.. di bukaan ini juga aku nyoba sekuat tenaga nahan air mata. bukan apa-apa, perjalanan masih panjang menuju bukaan 10, aku ga mau cengeng. kalo udah keburu nangis duluan, di bukaan selanjutnya bisa mewek heboh kan repot. he he he.

19:00      : Periksa dalem lagi. Bukaan 7 menuju 8. Akhirnya air mata itu pecah juga.. ga tahan lagi.. rasanya ga keruan soalnya.. di satu sisi mules udah bener2 nguras tenaga, di sisi lain mata berat karna ngantuk.. (CATET lagi, kalo melahirkan, sebisa mungkin TIDUR pas bukaan2 awal. jangan kayak aku, malah facebook-an dan sms-an. jadilah ngantuknya pas bukaan 5 ke atas, padahal saat itu udah ga bisa tidur lagi karna mules yang terus2an dateng). Ibu mulai panik. Dzaky juga. Apalagi pas aku bergumam lemah, "Bun, tanyain bidannya dong, ada epidural ga di sini? itu buat penghilang sakit.."
kalo melahirkan sering dibilang ibarat hidup dan mati, beneran lohhh.. di fase bukaan 6-7-8 ini sempet kepikiran kalo bentar lagi nyawa bakal copot dari badan (padahal mah, sakaratul maut bakal lebih berat yaa dari ini, Ya Allah..).
rasanya campur aduuuk banget. kepikiran bakal meninggal tapi belom pesen ke Dzaky buat cari donor ASI buat si bocah.. belom balikin buku2 pinjeman.. belom bayar utang pulsa.. belom pesen ke Dzaky buat ga merit lagi (ha ha ha, sempet2nya aja gw mikir kayak begituan). tenaga udah kekuras gara2 nahan sakit. jadilah aku cuma terkapar di ranjang.

20:00   : kembali periksa dalam. Bukaan 8-9. Di sini, aku udah diminta stay  di ruang bersalin. ga boleh lagi balik ke kamar (ya eyalahhh.. disuruh balik juga aku gak mau, wong nafas aja sulit apalagi jalan!). Alhasil Dzaky, yang dari dulu udah mohon2 buat ga dipaksa nemenin bersalin, kejebak di dalem ruang bersalin. he he he. Sebenernya sih kalo mau kabur, bisa aja, tinggal keluar, toh aku ga bakal bertenaga buat nahan tangannya supaya ga pergi. Tapi berhubung istri tercintanya ini udah terlihat lemah lunglai (CATAT: aku ga teriak ato ngejerit2 heboh cem di sinetron2 itu SAMA SEKALI), lesu, pucet, ngantuk, berantakan, de el el, Dzaky pun tetap ada di sisi, bahkan sibuk pijet2 tangan, bacain Qur'an, ngajak dzikir, bisikin kata2 sabar dan semangat, nawarin teh manis anget, sampe nyuapin air putih perlahan (Ah, I love you, Bhiwa.. I really do..).
di fase ini, rasa yang dominan satu: pengen ngeden. pengeen banget, tapi setauku (baca dari google, hehe), ga boleh ngeden sampe bukaan 10. kalo ngeden duluan ntar bisa robek. ngeri bet ya? tapi emang rasa mau ngedennya itu ga bisa ditahan.. alhasil badan makin lemes, lemes, dan lemes..

21:00      : Sudah bukaan 9. Bu Bidan minta aku untuk banyak minum supaya ada tenaga. Disuruh pipis tapi aku ga kepingin (ya eyalaahh, udah kesaru kali sama mulesnya!). Sampe akhirnya dipasang kateter, teus perawatnya komentar, "Banyak gini Bu, pipisnya.. masa' ga kepengen.." hueee..berhubung badan udah lemes, sebodo ah.. cuma kedengeran sayup2 aja tuh suara perawat. hehe.
Rasa pengen ngeden makin dahsyat. air mata netes lagi. cuma bisa mandangin Dzaky yang tetep sibuk bacain ayat-ayat Qur'an: mulai dari yang kedengeran jelas buatku (karna masih konsen) sampe yang bener2 ga bisa aku tangkep (karna udah ga konsen..). berulang perawat keluar-masuk, aku cuma bisa bertanya lemah, "Bu.., saya kepingin ngeden nih.. kapan cek bukaan lagi?"

21:30      : Sempurna bukaan 10. 1 bidan dan 2 perawat pun masuk. "peralatan perang" disiapkan. aku udah ga konsen lagi dan ga mikir apalah yang mau mereka perbuat. aku cuma kepingin ngeluarin rasa ngeden iniiii..
Sampe akhirnya bidan kasih instruksi, kalo mulesnya dateng, segera ambil posisi, terus ngeden aja.

Mules pertama dateng, aku ngeden. Gagal. bayi belom keluar, ketuban belum pecah.
Mules kedua, aku ngeden lagi. ketuban belum pecah tapi udah terdesak sampe ujung. Dzaky disuruh ngeliat langsung si ketuban itu.
Mules kedua, kembali ngeden. akhirnya ketuban dipecahin sama bidan. breeeeessssss... langsung berasa air rembes ga keruan. basah. anget. buaaaanyaak bangeeet..
Lucunya, pasca pecah ketuban, mulesku malah ilang.. dan dengan damainya aku tidur.. CATET, aku TIDUR.. di bukaan 10. hua ha ha.. rasanya enak banget akhirnya bisa tidur.. Dan perawatnya kaget ngeliat aku tidur, "Wah si Ibunya tiiduurr.. Ayo buu, sedikit lagi.. bentar lagi tidur ya buu, keluarin dulu dedeknya.." Heee, maafin Ummi ya, Qil.. waktu itu udah ngantuk berat soalnya..
Mules ketiga, kembali ngeden. rasanya udah sekuat tenaga, tapi ternyata belum cukup kuat. kepala si bocah cuma keluar sedikit, keliatan rambutnya (kata Bu Bidan), tapi kembali masuk

terus terus trial ngeden, sampe akhirnyaa... kreeek kreeek terdengarlah bunyi gunting bekerja.
Oukey, aku dgunting.. tapi berhubung udah mules berat, ga berasa deh guntingannya (beneran loh..)
Setelah digunting, aku diminta ngeden lagi. kali ini, mules ga mules, kudu ngeden karna bayi udah kejepit di jalan lahir.. akhirnya setelah ngeden sekuat jiwa dengan disemangati 4 orang (3 tenaga medis, 1 suami), tepat pulu 23:07 waktu depok, keluarlah si pipi kemerahan kami yang cerdas nan shalihah ini...


hihi, ini bukan foto baru lahir ya ibu-ibu.. ini sekitar usia 3 pekan

''Aqilla Humairaa Shalihah
 bb: 3 kg
pb : 48 cm

Huaahhh.. rasanya legaaa sekali ketika 'Aqilla sudah keluar. perut berasa kosong bangeeet.. 
tapi yang paling pol adalah saat, untuk pertama kalinya, 'Aqilla ditaruh di dada buat IMD, skin to skin contact. MasyaAllah.. rasanya ga bisa dibicarakan.. aku cuma bisa ngomong AllahuAkbar.. AllahuAkbar.. terus menerus..
Alhamdulillaah saat pertama kali menatap mata mungilnya, kami langsung berucap, "Assalamu'alaykum, Shalihah.."
dan ga lama Dzaky pun mengadzani, sembari aku yang ikut berucap lirih, "Yaa Bunayya, laa tusyriq billaah.. laa tusyriq billaah.."
Ooh.. that was a very sweet moment for us.. aku dan Dzaky berkaca-kaca, sedang si kecil tertidur dengan damainya di dada sang Ummi. 
Ah, kami sudah jadi orangtua..

Selepasnya, 'Aqilla diambil kembali karena pendarahanku ga kunjung berhenti. Sempet panik juga tuh, karna dikasih obat ga berhenti, diinfus juga. baru pas infusan kedua, darah mulai berkurang. tapi tetep ajaa, ngeliat kapas segitu banyak yang dihabisin buat ngebersihin darah, rasanya lemes badan ini.. 

Sesi selanjutnya adalah dijahit. Yap, berhubung tadi digunting, tentu harus dijahit lagi biar rapih. he he he.
Nah, kalo yang ini jangan ditanya dah sakitnya. BUANGET! he he he.. soalnya 'Aqilla udah diambil ke ruang bayi, jadilah aku ga punya pengalih atensi... aku mulai protes2 sakit pas di sesi ini nih. sampe bidannya bilang,
"Udah bu, liatin suami nya ajaa.." huuu, ga ngilang tau sakitnya! Aku maunya anakkuuu.. hehehe.

jahit menjahit usai pukul setengah dua belas malam. aku langsung dianter ke kamar pake kursi roda (plus botol infus). sampe di kamar langsung rebahan. Dan ga bisa tidur. he he he.
Apalagi pas perawat masuk dan bawa 'Aqilla, terus naruh di sebelah aku. satu kasur.
huaaaaa... I just don't want missed any single moment with her

jadilan semalaman itu aku sibuk mandangin 'Aqilla. masih antara percaya ga percaya kalo aku sudah melahirkan. sudah punya anak. sudah jadi ibu. Ya Allah, indahnyaaa...

Dan berakhirlah kisah kedatangan 'Aqilla Humairaa Shalihah di 24 September 2010 itu..

Allah, jadikan kami sebaik-baik kebijakan dalam membimbing jemarinya di dunia ini.
Amiin. Allahumma amiiin..



 

It's when three worlds collide..



"Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami, isteri-isteri kami dan keturunan kami, sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa."
(QS Al-Furqaan: 74)


...Dan kalian lah separuh agama ku, penjaga ketha'atanku...

Welcoming our baby girl..

Alhamdulillaah..


di tengah-tengah curi waktu pas si kecil lagi bobo, saya mau mengumumkan kabar bahagia pada semuaanyaaa..




telah Allah sempurnakan kebahagiaan keluarga kami, melalui hadirnya putri pertama keluarga Hanif:


'Aqilla Humairaa Shalihah

Via persalinan normal. @ Rumah Bersalin Depok Jaya. Jum'at, 24 September 2010. Pukul 22:07.
bb: 3kg. pb: 48cm


Mohon do'anya yaa, agar si Pipi Kemerahan kami mampu menjadi pribadi yang berakal lagi cinta kepada Rabbnya..


'Aqilla, Selamat datang di Keluarga Cahaya, Sayang...

^______^



Search

 

Followers

Rumah Bahagia ^__^ Copyright © 2011 | Tema diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger